Agartha

Ailleaiyyah
Chapter #1

PROLOG - janji dipertengahan ruh

Seorang wanita muda tengah berteduh didepan sebuah toko antik dengan pakaian yang lumayan basah. Riuh angin terdengar sangat kencang membawa hujan. Mengapa hujan ini membawa hawa dingin yang sangat menyeramkan?, pikir si wanita tersebut.

Lama mereka menunggu, namun hujan tersebut tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menari dengan liar. Satu persatu orang-orang mulai memutuskan untuk menerobos, hari semakin malam akhirnya wanita berseragam kantoran itu memutuskan untuk menerobos juga.

Suara nafas bersahut-sahutan dengan angin. Susah payah dia berlari akhirnya memilih membuka sepatu beralas tiga centimeternya lalu menentengnya. Tidak peduli kaki dan badannya yang sudah lelah ia terus berlari. Mengapa jalan ini terasa lebih panjang dari sebelumnya?, keluh wanita tersebut.

Suara ban berderit melengking,dari arah yang sama sekitar lima puluh meter dari belakang wanita tersebut, tapi suara ban dan klakson dari truck itu semakin terdengar jelas. Wanita itu tak menghiraukannya karena terlalu fokus berlar. Karena terlalu lelah, penglihatannya menjadi terputar hingga ia tidak sadar tengah berlari pelan ditengah jalan.

BRUKK

Tubuh langsing itu tergeletak bersimbah darah. Ah, beginikan rasanya akan mati?, sungguh ini menyakitkan, pikirnya. Disisi lain, truk yang menabraknya juga ikut menabrak sisi jalan hingga terguling. Dua manusia saling berada diambang kematian. Si wanita dan si supir.

Kau ingin tetap hidup?.

“Apakah ada kemungkinan untukku?,”                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            jawab wanita itu lirih. Apakah itu suara malaikat pencabut nyawa,? pikirnya. Kemudian wanita itu tersenyum sedih air matanya mengalir, menoleh kearah truk yang menabraknya hingga berakhir mengenaskan seperti ini. Dilihatnya, Supir truk itu bernasib sama sepertinya, berada diambang batas.

Lihat selengkapnya