Agartha

Ailleaiyyah
Chapter #2

BAB 1- CHAPTER 1- Cerita kita

Kota L terletak dibarat daya, berada seratus mil dari kota M. Berada di dataran tinggi membuat kota L terlihat lebih sepi dengan gedung tinggi. Sebuah kota yang memiliki daerah berkawasan dingin. Sebenarnya kota L hampir terlihat seperti pedesaan yang besar, dikarenakan sedikitnya gedung-gedung bergaya moderen dan lebih didominasi dengan bangunan-bangunan tua klasik. Para penduduknya pun tidak banyak seperti penduduk kota-kota lain. Tapi bisa dipastikan kota L adalah kota klasik yang maju dan sejahtera.

Jika kalian datang berkunjung kekota L para penduduk yang ramah akan senantiasa menyebarkan senyum kehangatan dan sapaan yang manis. Kota L sendiri memiliki walikota yang telah menjabat hampir sepuluh tahun selama beberapa periode dikarenakan cara memimpinnya yang baik dan ramah juga tegas. Beliau dikenal baik oleh masyarakat karena beliau tidak pernah memakai mobil mahal atau membawa pengawal seperti pejabat-lainnya.

Kota L sendiri dikenal dengan cita rasa kopi dan kuliner-kuliner mereka yang sangat enak. Tak jarang banyak turis yang berkunjung untuk menikmati kulier dan kopi tersebut. Kota L adalah kota ramah kepada siapapun termasuk hewan. Makanya jika kalian ke kota L kalian akan mendapati banyak hewan-hewan liar yang jinak dan juga bertubuh gempal.

Dihalte yang berukuran cukup kecil – Cuma memiliki tiga bangku, Amelia memainkan ponselnya sembari menuggu bus yang akan datang. Memasang earphone lalu memutar musik yang menenangkan- relaxation music. Menunggu sekitar duapuluh menit akhirnya bus yang ditunggu pun tiba. Bus berdouble decker itu telah tiba. Para pekerja dan mahasiswa mengantri masuk sembari mencheck kartu saldo mereka pada alat yang dipasang dekat supir. Selesai, Amelia memilih duduk di bangku keempat dekat jendela. Mendaratkan bokongnya dan mendesah lega.

Berawal dari rintik kecil hingga menjadi deras. Untung bus ini memiliki penghangat ruangan guna membuat para penumpangnya nyaman. Diluar sana hujan kembali menari berbenang angin, rimbun tipis terlihat indah kala dibawah lampu jalan berwarna kuning. Dengan suasana yang nyaman ini membuat Amelia yang tengah lelah mulai menahan kantuk yang semakin berat. Diujung matanya seperti terdapat batu bata, dan ketika ia menutup matanya rasanya sangat lengket seperti habis dilumuri dengan lem gajah.

Akhirnya setelah berjuang menahan kantuk, Amelia tumbang juga. Kepalanya telah bersandar nyaman dikaca jendela. Sebuah tangan berkulit tebal dan lebar menarik badan wanita muda itu untuk bersandar padanya. Senyum tipis dan tangan dingin itu membelai pipi Amelia. Amelia mengurutkan keningnya lalu merapatkan tubuhnya mencari kehangatan. Didalam bus bernuansa hangat ditemani melodi santai dengan cuaca yang dingin membuat suasana malam itu terasa seperti film romansa klasik.

Amelia terbangun ketika merasa bus yang ditumpanginya telah berhenti. Dilihatnya itu halte pemberhentiannya. Segera bangun dan mengucapkan terimah kasih dan hati-hati pada sang supir yang sudah mengemudi dengan baik. Mengeratkan mantelnya, Amelia menuruni tangga bus dan berjalan diatas trotoar. Uap tebal yang keluar dari mulut dan hidungnya ketika dia menghela nafas panjang. Memasukkan telapak tengannya ke kantong mantel agar terasa hangat. Genangan air dan sisa-sisa bekas hujan membuat udara terasa segar.

Lihat selengkapnya