Hari ini Amelia berniat memberitahukan kedua orangtuanya perihal ia sudah memiliki seorang kekasih. Tetapi ketika setelah sampai dirumah kedua orangtuanya dan membicarakan hal tersebut, keduanya dengan cepat menyetujui. Amelia senang tapi cukup heran, kedua orangtuanya bukan orang yang mudah memberikan persetujuan apalagi ketika mereka menelepon Amelia dua minggu lalu dan mengatakan bahwa mereka memiliki calon suami dari keluarga Carter yang terkenal dengan kekayaan mereka dan memiliki sebuah tambang batu bara yang maju.
“Ayah, ibu apa kalian yakin.?” Tanya Amelia kembali karena hatinya masih begitu ragu dengan pernyataan kedua orangtuanya.
“Tentu saja kami yakin, kau adalah anak kami dan apapun keputusanmu kami akan menerimanya.” Jawab Cello dengan nada antusias.
Amelia hanya tersenyum senang lalu memeluk kedua orangtuanya erat dan mengucapkan terimahkasih. Berusaha menghilangkan prasangka buruknya perilah hal ini dan menerima semuanya dengan lapang. Setelah mengobrol dengan kedua orangtuanya hingga menjelang petang, Amelia pamit pulang dan meninggalkan rumah berlantai dua dengan gaya eropa yang mewah itu. Menyelusuri trotoar sambil memainkan ponselnya. Mencari sebuah nomor bernamakan Alentera , tapi ketika ia ingin menekan tombol dial sebuah mobil klasik berwarna coklat tua berhenti disampingnya disusul sebuah sapaan yang ia rindukan. “Hey cantik.” Sapa Alentera dari atas mobil. Amelia tersenyum lalu mendekat kearah mobil. “Hey juga tuan tampan.” Balasnya sambil memeluk leher Alentera diantara jendela mobil. “Masuklah.” Kata Alentera diangguki Amelia. Wanita muda itu memutari mobil kemudian masuk kedalam mobil dengan cepat.
“Kau tahu, tadi aku baru saja ingin meneleponmu tapi mungkin karena Tuhan memang benar-benar menjodohkanmu denganku kau dengan cepat dating menghampiri, bukankah ikatan batin antara kita sangat kuat.” Ujar Amelia berseru senang. Alentera hanya tersenyum ganjil dan fokus mengemudi mobil. Hanya suara musik bergenre pop terdengar dari radio mobil membuat perjalanan mereka cukup menyenangkan sambil kembali mengobrol ringan. Kemudian arah pembicaraan mereka menjadi serius ketika Amelia menyinggung tentang pernikahan.
“Tidakkah kau ingin menikah denganku.?” Tanya Amelia pelan.
“Tentu saja, apa kau tidak ingat ? kita sudah merencanakan hal itu sebelumnya. Aku bahkan sudah mendapatkan butik yang bagus untuk kita dan aku sudah memesan gaun dan tuxedo yang mewah dan elegan.” Jawab Alentera enteng membuat Amelia terkejut lalu merona malu.
“Benarkah,? Kalau begitu kapan kita akan menikah.?” Tanya Amelia tidak sabaran.
“Bulan depan.”