Malam hari di kota Madrid tampak berbeda dengan suasana malam kota L, jika kota L terlihat sepi ketika malam hari maka kota Madrid kebalikannya. Lampu-lampu yang berwarna-warni menghiasi jalanan membuat kota itu nampak sangat hidup dan juga terlihat lebih indah.Bukan berarti jika pada siang hari kota tersebut tidak indah, namun ketika matahari terbit kota tersebut memunculkan sebuah kesan kuno yang bersejarah, memikat hati para pengunjung yang menyukai keklasikan sederhana dan elegan. Malam ini, Amelia dan Alentera sedang makan malam di sebuah restoran mewah dan hidangan yang membuat air liur menetes serta champagne yang tidak luput dari kewajiban romansa kebahagiaan.
Suara melodi dari biola dan juga piano mengalun indah membawa suasana semakin penuh cinta bagi yang berbahagia seperti Amelia. Nada tinggi dari penyanyi opera diatas panggung membuat telinga bermanjakan suara indah yang membuat tubuh mereka serasa ingin berdansa. “Aku ingin berdansa... .” Kata Amelia ketika melihat beberapa pasangan berdansa mengikuti alunan melodi yang membuat jiwa mereka membara. “I’d like to.” Jawab Alentera kemudian berdiri mengulurkan tangannya kearah Amelia. Wanita muda itu menyambut dengan senang hati. Kemudian mereka berdansa dengan sangat bagus, Amelia dengan lihai menggerakkan kaki dan tubuhnya , Alentera pun begitu. Dibawah lampu berwarna emas keduanya menari mengikuti alunan music yang membuat pendengarnya semakin panas untuk menggerakkan tubuh mereka. Berputar dan melangkah membuat pola tarian yang begitu anggun.
Musik pun berhenti perlahan, para penari yang berada ditengah ruangan tersebut terengah-engah namun merasa puas hingga membuat mereka tersenyum gembira. “Tadi sangat luar biasa, kau sangah ahli ternyata.” Puji Amelia kepada Alentera yang ikut tersenyum. “Kau pun begitu.” Jawab Alentera kemudin mengajak Amelia kembali duduk untuk menikmati hidangan penutup mereka. Berbincang-bincang hingga jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. “Ayo kita kembali.” Kata Alentera ketika mengamati suasana restoran itu telah sepi. Amelia pun mengangguk lalu kemudian Alentera menyimpan beberapa lembar euro diatas meja. Setelah keluar dari restoran mereka menghentikan sebuah taksi untuk membawa mereka kembali kehotel tujuan mereka.
Memasuki kamar hotel, Amelia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Alentera tengah berdiri didepan pintu kamar mandi sambil mengucapkan sebuah kalimat sihir yang berbunyi ‘Tertidurlah hingga esok hari, sesuatu yang tidak terjadi akan tertanam dipikiranmu , semua ingatan palsu akan menguasai hingga aku mengambilnya kembali. Dengan sihir ini, sebuah benih akan tumbuh, tertidurnya ingatanmu dan aku memberimu ingatan ini… tertidurlah’ ucap Alentera pelan seperti berbisik. Tak lama Amelia keluar sambil menguap lebar, lalu terkejut karena Alentera tiba-tiba berada didepan pintu. “Apa yang kau lakukan.?” Tanya Amelia dengan mata sayu. “Aku juga ingin mandi.” Jawab Alentera kemudian memasuki kamar mandi tersebut meninggalkan Amelia yang tengah menguap kembali. Setelah mandi, Alentera melihat Amelia yang tertidur lelap diatas ranjang yang masih memakai bathrobenya. Alentera kemudian ikut merebahkan dirinya disamping Amelia dan juga masih memakai handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya.
---
Pagi harinya, Amelia terbangun dengan perut yang sedikit membesar. Dia tidak heran akan hal itu, ia tengah hamil muda dan suaminya telah meninggal empat bulan yang lalu. Jika diingat-ingat lagi itu membuat hati Amelia terasa sakit, pada saat ia divonis hamil oleh dokter kandungan dan ia dengan sangat senang ingin memberitahu suaminya kabar yang sangat baik ini. Namun, setelah ia memberitahu hal itu ke suaminya lewat telepon, maka dengan cepat Sang suami meminta izin kepada bos nya dikantor untuk cepat-cepat menemuinya, dan ia kemudian diberi izin kemudian kejadian tragis itu terjadi, Alentera kecelakaan dan itu membuat nyawanya terenggut. Amelia sempat sangat terkejut dan tidak percaya, namun itu tetaplah kenyataan yang sangat pahit. Dan akhirnya ia kemudian bangkit kembali bersama kenangan indah dan berusaha menjauhkan kenangan pahit. Kini ia tinggal bersama kedua orangtuanya dikarenakan kedua orangtuanya sangat khawatir, dan akhirnya Amelia mengiyakan ajakan tersebut. Amelia tersenyum sedih sambil mengelus perutnya, ‘Yang baik-baik disana’ gumamnya.