Agartha

Ailleaiyyah
Chapter #10

BAB 2- CHAP 9- Hidup mereka

Pada pertengahan musim pada pada tahun 2005 sebuah keluarga kecil yang hanya terdiri dari seorang dan dua anak kembar berbeda kelamin sedang berlibur di salah satu pantai dikota Barcelona bernama pantai Ocata. Dibawah sinar matahari yang cukup terik, keluarga kecil itu berlindung dibawa sebuah payung besar berwarna biru bergaris putih dengan alas berwarna coklat tua bermotif polkadot. “Mama, aku ingi bermain air.” Ujar seorang anak laki-laki menunjuk kearh laut lepas tersebut. “Tidak sekarang Sundy, matahari sangat terik sekarang itu akan membuat kulitmu terbakar.” Jawab Amelia sambil mengelus punggung anaknya, Sundy. Bocah berusia lima tahun itu hanya mengangguk sambil memasang wajah murung. Amelia hanya tersenyum lalu menoleh kearah putrinya yang diam sambil menatap laut dengan tajam. Amelia mengernyit bingung penasaran dengan apa yang tengah ditatap setajam itu oleh putrinya. “Apa yang sedang kau lihat Cateliya ?” tanya Amelia. Namun Cateliya hanya menunjuk kearah laut dengan raut yang masih sama. Amelia melihat kearah apa yang ditunjukkkan oleh putrinya namun disana tidak terdapat apa-apa hanya ada kapal feri milik seseorang. “Ada monster disana mama, dia akan memanggil gelombang yang besar lalu akan memakan orang-orang.” Jawab Cateliya akhirnya membuat Amelia terdiam. “Apa yang kau katakan nak,? Itu tidak mung- .” Ucapan Amelia terpotong ketika terdengar suara orang-orang dipantai itu berteriak ‘LARI’ dengan sangat kencang.

Amelia menoleh dan disana, gelombang besar sedang menuju kearah mereka, kapal yang berada disana pun sudah tenggelam. Amelia dengan panik mengambil tas kecil berisi dompet dan handphonenya lalu menggendong anak-anaknya dengan tergopoh-gopoh berlari sekuat tenaga menuju hotel penginapan mereka yang tidak jauh dari arah pantai. Orang-orang sudah berlarian menyelamatkan diri, gelombang itu semakin mendekat. Amelia masuk kedalam hotel lalu bergegas menuju rooftop bersama orang-orang yang mencoba bertahan hidup. Gelombang itu sudah mencapai lantai satu hotel, Amelia semakin mempercepat gerakannya menaiki tangga. Keringat membanjirinya dan juga tangisan Sundy semakin membuatnya panik. Air sudah mulai naik mengejar mereka, orang-orang yang berada ditangga semakin berteriak mempercepat laju mereka. Hotel itu berlantai dua puluh dan mereka masih berada dilantai tujuh. Cateliya hanya diam melihat air yang berbentuk kumpulan ular dimatanya , “Mama, kita akan mati jika kau tidak cepat, turunkan saja aku, aku akan berjalan sendiri.” Kata Cateliya lalu melepaskan diri dari gendongan ibunya. Amelia hanya mengangguk kemudian mempercept laju mereka hingga kahirnya mereka berhasil sampai keatas rooftop dengan peluh yang membanjiri dan nafas yang tersendat-sendat. Amelia kemudian menggenggam tangan kedua anaknya lalu melihat kearah pantai yang tengah memporak-porandakan daratan. ‘Ini hanya kebetulan, ya ini hanya kebetulan’ pikir Amelia sambil menoleh kearah putrinya yang menggenggam tangannya dengan sangat heran itu membuatnya heran dan bingung sekaligus. “Mama.. , monster itu mulai memakan mereka.!” Kata Cateliya sedikit keras lalu menutup matanya erat. Orang-orang yang mendengar hal itu hanya mengernyit bingung, kemudian air laut mulai berubah warna menjadi merah dan beberapa potongan tubuh terlihat mengambang membuat orang-orang menjadi panik.

“Ada apa ini.?”

What the fuck is this.!”

“Ya Tuhan kita akan mati.”

Riuh orang-orang tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Air itu mulai surut, namun anehnya semua hal yang berantakan disana kembali seperti semula, bahkan pasir menjadi sangat kering . Sebuah fenomena yang tidak bisa mereka cerna dengan akal membuat mereka sangat merasa terkejut. Amelia yang menenangkan Cateliya walaupun putrinya itu tidak sekalipun menangis bahkan saat ia dilahirkan. “Cateliya, lihat airnya sudah surut kau boleh membuka matamu.” Cateliya dengan perlahan membuka matanya, namun itu tidak membuat gadis kecil itu tenang. Sebuah ular bertanduk besar berada dihadapannya, menatapnya dengan tajam. “Hooo..., rupanya gadis kecil ini bisa melihatku.” Kata monster itu dengan bahasa yang sangat asing. Cateliya bergerak mundur lalu memeluk Amelia dengan sangat erat. Orang-orang mulai memperhatikan perilaku Cateliya, karena sejak ia mengatakan hal aneh lalu kemudian terjadi sesuatu yang aneh membuat orang-orang nampak penasaran dan sedikit takut.

Lihat selengkapnya