Agartha

Ailleaiyyah
Chapter #11

BAB 2- CHAPTER 10- Hidup mereka (2)

Tanggal satu bulan tiga belas tahun 1500 pukul lima waktu Agartha, dimensi tengah. Sebuah perayaan besar tengah terjadi dikerajaan pusat bertuankan Raja Azazel. Sebuah pernikahan antar bangsawan iblis yang menjadi sorotan disemua wilayah Agartha. Pernikahan dari putra Mahkota dan putri Ramawhi dari neraka tingkat kedua yang dihadiri oleh seluruh penduduk Agartha. Singkatnya, mereka menikah lalu dikaruniai dua anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pertumbuhan iblis sangatlah cepat dibanding manusia sehingga anak mereka tumbuh dengan cepat. “Ibu, lihat aku berhasil membuat tanah itu terbang” ujar anak laki-laki berpakaian bangsawan. “Wahh.., kamu hebat” puji Sang ibu sambil mengusap rambut putranya. “Ibu lihat! Aku juga berhasil membuat meja meja itu melayang” kata seorang gadis kecil memakai gaun berwarna merah sambil menunjuk hasil sihirnya, Sang ibu kembali memuji anaknya.

Pelayan istana pun datang membawa secangkir teh dan beberapa cemilan lalu menaruhnya keatas meja, pelayan tersebut menunduk hormat lalu pergi ketika Sang Ratu mengangguk . “Wahh.., kue ini terlihat manis aku menyukainya!” kata Arita, gadis kecil bergaun merah dan berwajah imut. “Tapi aku tidak menyukainya” hardik Hendry, si Pangeran kecil. “Sudah, ibu akan memanggil pelayan untuk membawa makanan yang kau inginkan” jawab Ramawhi menenangkan putranya. Kehidupan mereka serba mewah dan tidak memiliki kekurangan sedikitpun. Sang ayah menjabat sebagai Raja dan ibunya adalah seorang Ratu. Namun mereka tetaplah peniru.

Para pengawal dan pelayan yang kebetulan lewat dikoridor berinterior indah itu membungkuk hormat kala Sang Raja berjalan kearah halaman belakang istana dengan aura yang sangat berwibawanya. Ramawhi yang menyadari suaminya datang berkunjung diacara piknik kecil mereka tersenyum senang sambil menyambutnya begitupu dengan kedua anak mereka yang langsung memeluk Sang Ayah yang tengah merentangkan tangannya dan tersenyum lebar. Nampak seperti keluarga bahagia lainnya, Alentera mengusap dan mencium pipi masing-masing anaknya yang masih kecil itu. “Ayah, ayo duduk kita akan berpiknik!” ajak si kecil Arita yang telah siap dikursinya. “Wah wah.. makanan ini tampak sangat lezat ayah tidak sabar ingin mencobanya!” seru Alentera lalu duduk dikursi berkayu kokoh berwarna coklat. “Ayah, coba yang ini” tawar Hendry memberikan pancake berlumurkan madu yang tampak menggoda. “Tidak, Ayah coba yang ini dulu!” hardik Arita memberikan kue keju dengan marshmellow. Akhirnya kedua anak itu saling beradu argumen tentang siapa yang lebih dulu dan makanan siapa yang paling enak. “Lihat, Ayah akan memakan keduanya sekaligus” sela Alentera lalu memotong pancake dan kue keju tersebut secara bersamaan dan memakannya sekaligus. “Hmm.... rasanya enak, semuanya enak” puji Alentera membuat kedua bocah tersebut tersenyum senang diikuti Ramawhi. “Suamiku, apakah kau akan pergi lagi?” tanyanya ketika melihat pakaian Alentera seperti akan berpergian jauh. “Benar, aku akan ke utara untuk menghadiri sebuah jamuan penting disana” jawab Alentera tenang. “Kalau begitu hati-hati, aku takut ada iblis-iblis lain yang membencimu lalu menyerangmu” ujar Ramawhi dengan raut khawatirnya. “Kau tidak usah khawatir, aku ini seorang Raja, dan itu artinya aku sangat kuat lagian aku pergi bersama beberapa pengawal terkuatku” jelas Alentera lalu mengusap punggung tangan istrinya. Ramawhi tersenyum lega lalu mengangguk dan mengucapkan selamat tinggal ketika Alentera sudah berdiri dan pamit kepada mereka. “Padahal aku ingin memperlihatkan kemampuanku kepada Ayah” kata Arita diangguki oleh Hendry. Seketika suasana bahagia mereka berubah sendu, Ramawhi mencoba meyakinkan kedua anaknya namun keduanya nampak sangat kecewa, Ramawhi hanya bisa menghela nafas panjang.

 

Diperjalanan Alentera ke Negeri Agartha utara tidaklah mudah, seperti yang dikatakan Ramawhi para iblis pembencinya dengan terang-terangan menyerang mereka. Bagi Alentera bersama tiga rekannya lawan mereka hanyalah seonggok sampah dan bodoh. Jika mereka memakai otak mereka sedikit saja pasti mereka berinisiatif untuk membuat rencana dahulu lalu menyerang, namun sampah tetaplah sampah. Mereka hanyalah iblis lemah yang memiliki kebodohan yang terlalu besar. “Menjijikkan” cela Alentera lalu menginjak kepala berbentuk anjing tersebut. “Yang Mulia semuanya telah selesai, kita bisa melanjutkan perjalanan” kata salah satu rekan Alentera yang menjabat sebagai iblis ksatria diamond bernama Jutra Alaska. Iblis yang lahir di neraka bawah dan mengabdikan dirinya kepada Tuan Azazel, kemudian beralih ke Raja Alentera atas perintah Tuan terdahulunya. Alentera mengepakkan sayap berwarna hitam kemerahan bergaris pinggir emasnya diikuti oleh Jutra dan Marfis rekan keduanya juga Alpa rekan ketiganya.

Lihat selengkapnya