Agartha

Ailleaiyyah
Chapter #17

BAB 2 -CHAPTER 13 -Perubahan kedua

Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian dahsyat tersebut, banyak pula yang berubah dari mereka. Jika dulu setiap pagi mereka akan tersenyum dan menegur Cateliya untuk memakan sarapannya kini tidak ada lagi dan terkesan suram. Bukan berarti dengan adanya Cateliya mereka akan lebih bahagia namun karena adanya rasa kekurangan dalam keluarga mereka. Kebiasaan menegur mereka membuat mereka sedikit janggal jika tidak menegur gadis mereka yang selalu menatap sarapannya. Suasana rumah mereka pun menjadi lebih dingin dari biasanya bahkan suara canda Catherine dan Cello sudah kama tidak terdengar, Amelia pun menyibukkan diri dengan pekerjaan sedangkan Sundy tanpa diketahui oleh orang-orang dirumahnya sudah mengalami perubahan dengan tumbuhnya sebuah tatto matahari dilehernya. Sudah sejak tahun kemarin Sundy mengalami peristiwa tersebut, sebuah tatto tiba-tiba muncul dipermukaan kulit lehernya dengan sangat menyakitkan seperti terbakar api yang sangat panas membuat berteriak tak tertahankan membuat ia kehilangan kesadaran diri karena tidak mampu menahan rasa sakit tersebut.

Dan pada saat itu pula ia tubuhnya menjadi lebih tinggi dan sedikit berotot, rambutnya yang dulu berwarna coklat terang kini berubah menjadi sangat hitam. Kini setelah ia lulus sekolah dan masuk jenjang universitas tubuhnya semakin berkembang juga auranya semakin maskulin. Satu hal yang tidak diketahui oleh keluarganya adalah bahwa ia sudah mengalami kebangkitan. Awalnya ia pun terkejut akan hal itu, ketika ia sedang berbaring di kasurnya ia tidak sengaja menerbangkan tempat pensilnya dan itu membuatnya terkejut lalu pada akhirnya ia tersadar, bahwa ia pun memilikinya. Sayangnya, sekuat apapun kekuatan itu tumbuh ia tidak pernah berhasil menemukan keberadaan sang kakak yang entah berantah.

Sundy termasuk murid yang pintar dalam semua bidang hingga ia menjadi terkenal dan juga disukai oleh dosen-dosen di universitasnya namun satu kekurangannya adalah, ia tidak pernah serius menanggapi sesuatu. “Tuhan menciptakan seluruh alam semesta, ia bahkan mengetahui apa yang tidak kita ketahui..” kata seorang pendeta diatas altar sambil berkhotbah. Sebenarnya Sundy adalah pribadi yang tidak mempunyai agama tetapi ia mempercayai dengan adanya keberadaan Tuhan. Meskipun keluarganya mempunyai agama yaitu katolik namun entah kenapa ia merasa tidak bisa menempatkan dirinya dalam keterikatan seperti itu. Sundy banyak berubah ? tentu saja, bahkan Amelia tidak bisa mengenali putranya lagi dan semakin ia tumbuh ia semakin mirip Sang ayah- Alentera. Kadang Amelia berfikir Sundy akan hilang juga dan meninggalkannya dalam keterpurukan namun syukurlah, putranya tidak pernah menunjukkan perilaku aneh.

Kini, Sundy sedang menenangkan diri disebuah gerja, niatnya ia ingin menyendiri namun bodohnya ia tidak tahu jadwal ibadah dan akhirnya harus bergabung mendengarkan khutbah bersama jemaat lainnya. “Katika manusia dilahirkan ia akan menangis dengan keras, itu karena ia sudah melepaskan janji yang ia buat dengan Tuhan dan ketika ia lahir ia akan melupakan semua janji itu la- ,” penjelasan pendeta tersebut terpotong kala Sundy mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan. “Pendeta, manusia dilahirkan ia akan menangis... itu karena ia melepaskan janji yang ia buat dengan Tuhan, lalu bagaimana dengan manusia yang dilahirkan dengan janji yang masih ia genggam ditangannya? Ia lahir tanpa tangisan dan masih menggenggam janjinya, lalu bagaimana?” tanya Sundy dengan sulit membuat pendeta tersebut mengernyitkan dahinya. “Tidak ada manusia yang lahir tanpa melepaskan janjinya nak..” jawab pendeta tersebut. “Lalu bagaimana jika ada?” tanyanya kembali membuat pendeta itu menaruh biblenya diatas meja khutbah. “Siapa yang kau maksud?” kata pendeta tersebut memiringkan badannya agar bisa meliat lebih kearah Sundy. “Kakakku.. kembaranku, dia lahir dan masih menggenggam janjinya hingga saat ini...” jelas Sundy membuat pendeta tersebut terkesiap begitupun seluruh jemaat yang mendengarkan hal tersebut. “Bisakah kau menemuiku setelah ini?” tanya pendeta tersebut, ia penasaran dengan cerita yang ia dengar dari pemuda tersebut. Sundy mengangguk lalu duduk kembali.

 

Kini mereka duduk ditaman belakang gereja tersebut, disana cukup sepi hanya beberapa biarawati yang sedang lewat. “Kakakku terikat janji tapi bukan dari Tuhan..” kata Sundy sambil menatap tanah dibawahnya. “Apa maksudmu?” tanya pendeta tersebut bingung. “Ini sangat sulit bapa, jiwa kakakku tengah terikat oleh janji yangh dibuat oleh kedua orangtuaku hingga pada saat ia lahir ia tidak pernah menangis bahkan hingga sekarang” jelas Sundy berbelit-belit membuat pendeta itu semakin bingung. “Ayahku bukan seorang manusia... ia iblis, bukan dari segi sikapnya tapi memang dia adalah mahkluk dari dunia lain. Dia menikahi ibuku setelah ibuku dan dia membuat janji pasca ibuku sewaktu muda terlibat kecelakaan, saat ia akan mati, ia terpaksa membuat janji agar tetap hidup dan sebagai gantinya ia harus memberi keturunan pada iblis tersebut.” Jelas Sundy membuat Pendeta itu tercengang tidak percaya. Pada akhirnya pendeta tersebut tidak memberikan Sundy solusi yang berarti dan hanya menyarankan ia untuk dibaptis agar menjadi suci kembali, terpaksa Sundy menghilangkan ingatan pendeta tersebut, ingatan tentangnya sehingga ia hanya mengingat ketika ia berkhutbah tanpa adanya seseorang yang bertanya padanya.

Lihat selengkapnya