Aku bosan. Aku mencoba tidur tapi tidak bisa. Jam berlalu begitu lama. Kepalaku pusing. Aku harus keluar, mungkin mencari kegiatan atau bekenalan dengan seseorang di rumah ini. Aku keluar kamar, berlari kecil menggunakan kaus belel dan celana pendekku. Aku berjalan-jalan-jalan-jalan dan sampailah aku di dapur. Di sini sedikit ramai, mungkin aku bisa meluangkan waktu di sini.
"Nona Agatha. Kenapa nona sampai di sini? Anda butuh sesuatu? Saya akan ambilkan." Wanita tua yang cantik. Aku menggeleng dan tersenyum. Mungkin ia adalah kepala dapur di sini.
"Aku hanya bosan terus berada di kamar. Boleh aku bantu di sini. Aku memang tidak bisa memasak, tapi setidaknya aku tahu cara memotong sayuran." Wanita itu terlihat tidak setuju. Aku hanya ingin membantu, apa salahnya?
"Jangan non. Biar saya saja yang lakukan." dengan sedikit paksaan aku merengek, memelas agar aku bisa bergabung dengan mereka. Apa salahnya? Aku dulu sering bantu mami memasak, meskipun masakanku bisa di bilang bencana. Dan... Ahkirnya mereka mengijinkanku. Yey! Aku bercerita banyak dengan mereka, mereka orang yang ramah dan baik hati. Mereka sudah lama bekerja di sini. Pantas saja mereka seperti mengenal satu per satu orang di sini. Seperti Bi Tuti, ia sudah bekerja di sini sejak papa dan mama menikah. Bayangkan sudah berapa tahun mengingat usia Alex pasti sudah bukan belasan tahun lagi.
"Kalau Tuan Alex itu mirip mamanya non, Nyonya Alluna. Baik, ramah, pintar, tampan lagi. Ia juga rendah hati. Selain itu dari kecil ia selalu mengalah pada adiknya." Aku mendengarkan dengan seksama. Aku kan juga perlu mengenal orang-orang di sini yang akan menjadi saudaraku.
“Ethan?" Aku memberi sedikit nada pertanyaan pada mereka sambil memotong sayuran hijau yang diberikan padaku. Aku sebenarnya hanya memancing mereka bercerita tentang Ethan. Itu karena dari tadi yang mereka bicarakan hanya papa, mama, dan Alex. Sedangkan Ethan yang menurutku sedikit aneh, bukan, bukan sedikit, tapi dia memang aneh tidak di bahas oleh mereka. Mungkin mereka sama denganku, takut mati kalau membicarakan orang itu.
"Iya, Tuan Ethan. Dia itu galak non. Tidak pernah bisa senyum..." Dan... Bi Tuti menyenggol pembatu itu. Siapa namanya? Duh! Bodohnya aku selalu sulit mengingat nama seseorang.
"Iya, Tuan Ethan memang sedikit dingin, tapi ia berhati baik non. Mungkin dari luar tidak terlihat tapi sebenarnya ia juga mewarisi hati ibunya...”
"Dan, kau akan mengenal mereka nanti sayang..." Suara itu... Mama! Semua terkejut melihat mama. Ia tersenyum dan bersandar di daun pintu. Mungkin pembantu, siapa tadi yang menjelek-jelekan Ethan akan langsung di pecat. Kasian. Aku jadi merasa bersalah. Semoga mama tidak mendengarnya tadi. Tapi itu mustahil kan, mengingat mama langsung menyambung pembicaraan kami.
"Maafkan saya Nyonya, tapi nona Agatha memaksa untuk..." Aku melihat Bi Tuti, tidak ada sorot mata takut tapi sorot mata bersalah, hingga ia berbicara dengan suara yang tidak kentara.
"Tidak apa Bi Tuti. Aku akan mengajak putri ku ini keluar. Mungkin kami akan makan siang di luar, kalian tolong siapkan saja makan malam. Mungkin hidangannya perlu ditambah. Karena Lucas akan mengumpulkan semua anggotan keluarga untuk makan malam." Bi Tuti mengangguk dan tersenyum. Setelah aku mengucapkan terimakasih dan maaf aku mengikuti mama. Ia menyuruhku berganti pakaian dan menggiringku masuk ke mobil. Aku patuh. Apa lagi yang bisa ku lakukan?
Tante Alluna. Mm. Mama benar-benar orang yang ramah. Ia bercerita banyak hal dan selalu tersenyum senang. Sebenarnya aku tidak tahu ia akan membawaku kemana, aku hanya terus berbincang. Sungguh orang yang menyenangkan. Dan mobil berhenti di sebuah gedung yang tinggi. Apa ini? Hotel?
"Ayo masuk nak." aku mengekor. Masih memandang sekeliling. Banyak sekali anak muda di sini. Sebenarnya ini tempat apa? Aku memandang sekeliling dan saat aku melihat ke depan. Mama hilang! Duh! Bodohnya aku. Sekarang aku harus kemana? Ak saja tidak tahu tempat apa ini. Well, jangan panik! Tapi aku mulai berkeringat. Berlari mencari mama. Dan bukk!! Aku menabrak seseorang. Okee apa lagi sekarang? Aku mendongak ke atas. Mata itu. Astaga!
***