Agatha

agatha d christie
Chapter #4

Big Monster (Part 1)

Yay! Ini hari pertamaku kuliah. Setidakya aku ada kegiatan, tidak harus di rumah setiap saat. Well, sebenarnya di rumah tidak buruk, karena mama selalu menemaniku.

Kampus ini cukup besar. Bahkan tergolong mewah. Bangunannya saja bergaya modern, kau tahu kan? Yang penuh dengan kaca. Nah! Karena saking besarnya kampus ini, aku kembali seperti anak hilang. Well, aku sekarang sudah mulai terbiasa.

"Kau anak baru di sini?" seorang gadis cantik menepuk bahuku. Ia tersenyum manis. Sangat manis. Rambutnya lurus pirang, bibirnya merah muda. Dan sumpah demi apa, baju yang ia kenakan benar-benar modis. Terpaku aku melihatnya dari atas ke bawah dan kembali lagi ke atas sampai lupa menjawab pertanyaannya. Ia menjentikkan jarinya di depanku, dan walaaa! Itu berhasil membuatku sadar. Parahnya, ak masih tergagap. Jadi terpaksa aku hanya mengangguk dan tersenyum.

"Ayo. Upacara penerimaan mahasiswa baru akan dimulai di aula. Cepat lah" ia menggandengku memasuki sebuah ruang yang sangat besar dan bersih serta rapi. Aku melihat di sana seperti lautan orang. Banyak sekali seperti semut. Ugh! Kalau aku tidak segera menemukan teman, aku akan tenggelam di sini.

"Namaku Cori. Anastasia Cori. Kau?" ia menjabat tanganku dan tersenyum lagi.

"Agatha. Mm Agatha Sebastian." baguslah, aku mendapatkan teman. Setidaknya aku dapat satu.

Aku dan Cori berbaris di barisan tengah yah bisa di bilang sedikit ke depan. Mungkin karena tubuh kami lebih kecil.

Ini mulai membosankan. Kepala kampus mulai menjelaskan semua. Aku memutar mata dan sesekali menguap. Cori melihatku sambil menggelengkan kepala.kenapa? Aku mengantuk. Dan tiba-tiba aku terbelalak saat kepala kmpus menyebutkan nama salah satu leader untuk mahasiswa baru. Ethan Sanjaya. Aku seperti tidak asing dengan nama itu. Aku mendongak dan itu. Ethan! Mmm kak Ethan maksudku. Kenapa hidupku tidak pernah terlepas dari orang itu Tuhan. Well, dari sini ia memang terlihat gagah dan menyeramkan. Bahkan lebih menyeramkan dari di rumah.

"Kalian akan terbagi menjadi beberapa kelompok dan akan mendapatkan 1 leader untuk masing-masing kelompok untuk mempersingkat waktu inisiasi. Diharapkan semua mahasiswa baru tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan di sini. Para leader akan membantu kalian lebih mengenal kampus ini. Dan mereka adalah perantara dari kami ke kalian. Baik, sekian kata-kata panjang dari saya. Saya harap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian ingin dapatkan dengan bergabung di kampus ini bersama kami. Untuk pembagian kelompok, akan di bacakan oleh masing-masing leader." setidaknya, pak tua itu sudah menyelesaikan dongengnya. Itu berarti sebentar lagi aku akan meluruskan kakiku. Sudah pegal sekali mendengarnya bicara.

"I'm Luke dan yang bersama saya adalah Angel, Nina, ..." duh! Sepertinya aku harus mengurungkan harapanku. Bayangkan saja ratusan orang di sini dan harus di bagi satu per satu. Ugh!

"I'm Ethan..." deg! Tiba-tiba aku ingin berdoa. Semoga aku tidak bersamanya ya Tuhan. Semoga leaderku bukan Ethan. Siapapun asal bukan Ethan. 

"Agatha Sebastian" dan setelah namaku di panggil, urutan yang pertama, aku serasa pening bagaimana aku bisa terus bersama orang gila pemarah yang sakit jiwa itu setiap saat. Dan setelah mendengar namaku disebutkan telingaku juga terasa tertutup. Aku tidak mendengar nama selanjutnya, ak tidak tahu siapa saja yang menjadi satu kelompok denganku. Aku bahkan tidak sempat memikirkannya. 

"Agatha. Kau bersama siapa?" apa? Apa yang Cori katakan?! Baik. Aku terkena serangan tuli mendadak sepertinya.

"Aku bersama andreas." oh. Dia menanyakan kelompok. Benar bukan?

"Aku bersama-" aku tidak bisa menyebutkan nama itu. Sial! Mengingatnya saja aku tidak mau.

"Ethan." Cori tersenyum.

"Baiklah kalau waktunya istirahat tiba kita makan bersama. Setuju?" aku mengangguk dan tersenyum. Well, kakiku sudah mulai mengakar di lantai ini. Kram!! Aku mau duduk! Ugh! Dan bel berbunyi.. Oh Tuhan. Kau benar-benar baik padaku.

***

Kalian pikir saat aku katakan bel berbunyi, itu tanda istirahat? Well, aku awalnya juga berfikir seperti itu. Tapi ternyata kita salah. Bel itu menandakan upacara inisiasi harus sudah selesai dan tepat sekali saat bel berbunyi semua nama mahasiswa baru sudah disebutkan semuanya. Itu berarti aku bisa istirahat? Of course I will answer you, NOT! Para leader mengajak kami berkeliling kampus mulai dari kelas yang berada paling ujung hingga ke ujung lagi.

Okee, hari pertama kuliah, apa yang aku pelajari? Ketahanan itu penting terutama kaki. Saat kau di suruh berdiri berjam-jam dan kemudian langsung berjalan sebegitu jauhnya, kau akan merasakan kakimu serasa akan dipatahkan. Trust me! Karena aku sering mengeluh merasakan pegal-pegal di kaki, aku jadi sering tertinggal. Itu bagus karena aku tidak harus dekat-dekat dengan kak Ethan sialan itu. Ingat kan apa kataku? Aku harus jauh-jauh dari dia jika tidak ingin mati. Well, settidaknya jika tidak ingin dia mengelurkan bom dari mulutnya yang meledak-ledak itu.

"Baik, ini ruang kelas yang akan kita pakai seminggu ini. Kalian akan diperkenalkan dengan kampus kita, lalu ke fakultas dan selanjutnya kalian dapat mengikuti kegiatan perkuliahan. Jika selama penjelasan ada yang tidak paham, boleh langsung mengangkat tangannya dan bertanya. Jelas?" heran, di depan kelas ia bicara begitu ramahnya. Kenapa di rumah ia seperti monster yang mengerikan? Aku mencoba memandang sekeliling, aku baru sadar bahwa aku duduk sendirian di bangku yang paling belakang. Seperti orang terkucilkan bukan? Aku memandang sekeliling dan berusaha mengenali siapa saja yang menjadi kelompok ku. Okee ada cukup banyak laki-laki di sini, yang perempuan juga tak kalah banyak. Dan mereka semua memandang kak Ethan. Terpesona! Kenapa aku bisa bilang begitu? Ahh, andai kalian melihat mata mereka yang berbinar. Aku memutar bola mata. Sayangnya mereka belum melihat kak Ethan yang sebenarnya di rumah. Kalau mereka melihatnya aku yakin mereka lebih memilih lari dibandingkan memandangi kak Ethan seperti itu.

Lihat selengkapnya