Agatha

agatha d christie
Chapter #10

Who is The Killer

 ***

Beberapa bulan ini adalah waktu yang cukup menyiksa untukku. Setelah insiden di rumah itu, aku jarang bahkan tidak pernah melihat Kak Ethan kembali. Ia terluka, aku tahu itu. Aku pun juga.

Aku serasa anak tunggal dalam rumah itu. Kak Alex selalu jarang pulang ke rumah. Ia selalu menginap di apartemennya, dan Kak Ethan? Sudah aku ceritakan aku tidak pernah bertemu dengannya meskipun aku penah datang ke kantornya.

Hampir setiap minggu, Devian mengajakku pergi keluar hanya sekedar makan malam dan mengobrol. Tapi ia bukan seperti kak Ethan. Mengobrol dengannya selama satu jam serasa satu abad. Aku tidak pernah menyukai laki laki itu. Entah kenapa aku selalu merasa ada sesuatu yang ia simpan dibalik penampilannya. Aku pernah memancingnya mengatakan sesuatu tapi yang aku dapat hanya tatapan tajam darinya yang mengintimidasi, selalu seperti itu.

Aku tidak pernah bisa mengatakan bahwa aku tidak mencintai Devian di depan Kak Ethan. Lidahku serasa terikat dan aku tidak bisa terus terang. Pernah suatu ketika aku ingin mengatakan semuanya, tapi seperti yang kalian tahu aku tidak pernah menemukannya. Bagaimana aku mengatakan padanya jika aku tidak bisa menghubunginya?!

Malam ini, setelah pesta kelulusanku kemarin papa akan mengumumkan kepada semua anggota keluarga bahwa aku akan menikah. Aku sungguh sangat berharap pada malam ini. Bukan berharap sambutan yang baik dan bahagian dari semua anggota keluarga ini, tapi aku lebih berharap Kak Ethan datang. Aku harap aku bisa melihatnya dan mengatakan terus terang padanya.

Makan malam besar sudah disiapkan, bahkan mama dan papa tidak mengenakan pakaian seperti biasanya. Mama juga telah menyapkan gaun untukku yang dihamparkan di atas tempat tidurku. Gaun yang cantik. Aku bahkan membayangkan aku akan mengenakannya saat aku bersama kak Ethan. Tapi sekarang apa?! Semuanya menjadi kacau. Aku pening membayangkan apa yang selanjutnya terjadi.

"Sayang, Devian sudah datang...." mama membuka pintu kamarku dan sedikit terkejut melihatku masih duduk di atas meja rias dan benar benar tidak siap sama sekali. Bahkan hanya untuk mengganti pakaian atau keluar dari kamar ini.

"Hloh... Anak mama kog masih kucel gini? Sini mama bantu siap siap ya nak..." mama berdiri di belakangku dengan gaun itu menggantung di tangannya. Beberapa menit kemudian, gaun itu sudah terpasang rapi ditubuhku. Cantik. Tapi aku tidak melihat diriku secantik gaun ini. 

"Mama tau, ini terlalu cepat nak, tapi karena mama lihat ia sangat mencintaimu, ia sudah mapan, dan kau sendiri menyetujuinya mama tmdengan berat hati melepasmu. Tapi kau akan tetap jadi putri mama, ingat Agatha?" aku mengangguk. Mama membereskan rambut dan riasanku cepat. Minimal, tapi elegan. Jika ini bukan tentang Devian, bukan tentang perjanjian menyangkut pembunuh papa, aku tidak akan sudi menikah dengan pria itu.

"Mama tunggu kau di bawah. Jangan rusak riasanmu cantik... Semua sudah menunggumu." mama melangkah mendekati pintu

"Apa Kak Ethan sudah datang mah?" langkah mama berhenti. Ia mengangguk tanpa suara dan berlalu keluar.

Aku menghela nafas panjang, aku butuh mengirup udara sebanyak mungkin sebelum aku berkumpul bersama mereka di meja makan. Mungkin aku akan mati kehabisan nafas di depan orang orang itu.

Papa, mama... Aku melakukan ini demi kalian. Aku tidak akan pernah biarkan siapapun menyakiti kalian, aku tidak akan lernah memaafkan orang yang sengaja membunuh kalian, membiarkan kalian meninggalkanku sendirian! Aku akan mencari tahu siapa yang tega melakukan itu, dan aku berjanji pada kalian aku akan melaporkan dia pada polisi! 

Aku menghela nafas lagi. Ketukan di pintu menyadarkanku bahwa aku terlalu lama mengulur waktu di sini. Semakin cepat ini terjadi maka semua semakin cepat selesai. Aku melangkah keluar dan mendengar keramaian di ruang makan.

Papa dan mama, Kak Alex dan tunangannya, Devian semua melihatku turun dari atas. Aku terus menunduk. Aku sedang tidak mau melihat wajah mereka satu per satu. Aku hanya butuh waktu sendiri, atau setidaknya bersama Kak Ethan. Kak Ethan! Aku mendongak, dan mencari di sekeliling, tapi ia tidak ada di sini. Ia tidak ada dimanapun di sekitar meja makan besar itu. Aku semakin menundukkan kepala. 

"Ini dia putri papa... Kau cantik sekali sayang..." papa menyambutku dengan tangan terbuka dan menggiringku ke tempat penyembelihan,ralat maksudku ke meja makan. Dan semuanya berjalan seperti yang direncanakan.

Kami semua makan bersama dengan suasana kehangatan seperti keluarga. Seperti. Kak Alex dan tunangannya saling melemparkan tatapan cinta, senyuman dan kadang mereka berbisik lembut, sedangkan mama dan papa melemparkan benerapa pertanyaan pada Devian. Dan Devian, menjawabnya dengan senang hati sambil melirikku seakan aku akan lari dan kabur dari meja besar ini. Aku diam, dan terus berkutat dengan makananku. Well, sejujurnya aku tidak peduli dengan apapun yang ada di piringku. Bahkan saat makanan itu jatuh ke lambungku, aku serasa mual!

"Mas Ethan datang Pak...." seorang satpam berbisik di sebelah telinga papa, dan aku cukup jelas mendengarnya. Aku menoleh ke arah pintu masuk dan di sana Kak Ethan. Ia mengenakan setelan jas seperti akan ke pesta. Ia nampak seperti biasa, dingin dan diam. Tapi aku di dalam dirinya gelap dan kosong. Ia berjalan tegap ke arah meja makan dan mengambil kursi kosong, sedikit di ujung. 

"Maaf aku terlambat." semua manatapnya, tak terkecuali aku, dan Devian, serasa ingin menumpahkan air mata dan berlari memeluknya, memohon untuk membawaku pergi dari sini. Aku sedikit melirik Devian, dan di dalam matanya ada api, api membara yang hanya dengan sentuhan Kak Ethan, api itu akan membakar seluruh rumah ini.

"Mama senang kau sempat datang nak, beberapa bulan ini kau terlihat sangat sibuk sekali. Hari ini papamu akan memberitahukan pengumuman penting."

"Aku tahu." jawabnya singkat dan menenggak hampir separuh gelas air di depannya.

"Baik... Karena sudah lengkap. Papa akan beritahukan sekarang. Alex, kau tadi selalu bertanya siapa pria ini?" Kak Alex mengangguk antusias. 

"Dia adalah Devian,seperti yang kau tahu saat kau berkenalan, dan ia adalah calon suami Agatha."

3 kata terahkir cukup membuatku lunglai. Wajah Kak Alex yang antusias berubah menjadi wajah kebingungan tanpa arah. 

"Tapi... Ini terlalu cepat... Agatha baru saja lulus dan..." ia kehabisan kata-kata.

"Mama tahu Alex. Tapi Devian sangat mencintai Agatha, dan Agatha pun menyetujui pernikahan ini." sekarang Kak Alex menatapku tak habis pikir, seperti masih berusaha untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan yang ada di kepalanya. Dan aku hanya memandangi piring dan sendok di depanku, seakan mereka semua hidup dan memberiku sedikit kekuatan.

***

Aku terus menatap pesan di ponselku. Dari Kak Alex. Ia menyampaikan pesan papa, bahwa beliau mengadakan makan malam untuk memberitahukan sesuatu yang penting. Aku tahu apa pesan itu. Meskipun aku berharap aku tidak pernah mendengarnya.

Agatha akan menikah dengan pria brengsek itu! Aku tidak pernah menyangka ia akan melakukan ini padaku!!! Aku tidak pernah tahu bahwa ia hanya menganggapku sebatas kakak. Aku pikir ia menyukaiku lebih dari itu!

Aku memutar ponselku, aku akan datang. Aku akan datang ke rumah dan melihat Agatha... Untuk terahkir kalinya, meskipun mungkin aku pulang sebagai Ethan yang berbeda. 

***

Aku tidak percaya! Agatha akan menikah dengan orang yang tidak pernah dia kenal?! Lalu bagaimana Ethan? Ia begitu mencintai gadis ini, tidak perduli apapun keadaannya. Pengumuman yang papa berikan serasa pukulan bagiku. Aku menatap Agatha dengan tidak percaya, mengernyitkan dahi, menatap papa dan mama bergantian, dan menatap Devian. Mata itu menyiratkan kemenangan yang ia miliki. Dan aku melihat Ethan. Hanya menatap lurus ke atas makanannya dan tersenyum kosong. Ada apa dengan anak ini?! Hei! Dia gadis yang kau perjuangkan selama bertahun tahun... Sekarang kau membiarkannya pergi?! Pergi bersama pria lain tepat dihadapanmu? Aku serasa ingin menghajarnya, dan berharap kesadarannya akan kembali. Aku beranjak, dan Eire menggenggam tangaku. Ia menatapku lembut, dan menggelengkan kepalanya. Aku kembali duduk dengan lunglai. Ini benar benar kejutan. Papa benar benar membuatku terkejut.

"Pernikahan itu akan dilakukan sebulan lagi. Persiapan persiapan kecil sudah dilakukan. Dan... Aku tahu ini begitu mendadak dan terburu buru... Tapi ini adalah yang terbaik... Yang terbaik untuk kalian semua." papa mengatakan kalimat terahkir begitu lirih, hingga aku hampir tidak mendengarnya. Terbaik apa? Dengan ini Ethan akan hancur!!!

***

"Kenapa kau diam?" aku memaksa untuk pulang bersama adik bodohku ini dan menyeruak masuk dalam mobilnya. Sepanjang perjalanan kami hanya diam, dan ia masuk ke ruangannya seperti mayat hidup.

"Lalu apa yang kakak harapkan?" ia duduk di sofa dan menenggak segelas air di depannya.

"Agatha akan menikah Ethan... Akan menikah... Dan bukan denganmu!" aku berteriak di depannya, dan aku mulai yakin bahwa adikku ini sudah menjadi mayat hidup. Ia hanya tersenyum.

"Dia sendiri yang mau... Dia yang memilih pria brengsek itu menjadi suaminya, dia memilihnya dibanding aku..." aku menghela nafas. 

"Dan kau memilih diam?"

"Lalu kenapa kau datang jika kau sudah tahu? Kenapa kau duduk dengan nyaman di meja itu?! Kau bodoh! Kau menghancurkan dirimu sendiri!" ia berdiri, menatapku dengan marah, menatapku tajam!

"Lalu apa yang harus aku lakukan?! Bersembunyi seperti bayi? Atau aku harus menculik Agatha dan membawanya pergi jauh? Atau aku harus membunuh pria itu untuk mendapatkan Agatha?!" ia mengambil nafas tersengal dan kembali duduk tertunduk.

"Aku berani bersumpah aku akan membunuh pria itu, jika saja... Jika saja Agatha memilihku, jika saja Agatha tidak mengatakan bahwa ia bersedia menikah dengan pria itu... Aku lebih memilih menjalani hidupku sebagai buronan karena membunuh pria itu asal Agatha bersamaku." ia lemas. Seperti semua tenaganya sudah terkuras habis. Seperti seluruh jiwa dan raganya hilang dan ia hanya tubuh kosong.

Aku menghela nafas, dan duduk disebelahnya, memegang bahunya. "Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan Ethan?"

"Makan malam itu adalah hari terahkir aku melihatnya, setidaknya aku sudah buktikan pada semuanya bahwa aku bukan seorang pecundang. Jika papa menyuruhku untuk menghadiri pesta pernikahan Agatha, aku tidak berani menjamin bahwa aku akan mengunci tanganku untuk menghabisi pria itu dan membawa Agatha pergi." Ia menatapku... Masih tatapan sama. Tatapan yang tidak pernah bisa aku artikan selama aku menjadi kakaknya. 

"Jadi?"

"Aku akan pergi kak. Aku berhasil memenangkan tender perusahaan internasional. Aku akan bereskan semuanya di kantor ini, dan aku akan ke London, untuk meneruskan proyekku. Mungkin akan menetap di sana."

"Jadi kau memilih menjadi pengecut dan melarikan diri?"

Lihat selengkapnya