Setelah berlian kosmik itu berhenti di dalam magma, perubahan-perubahan kecil di permukaan bumi mulai terjadi. Getaran-getaran aneh muncul di sekitar kawah Dieng, dan penduduk yang tinggal di desa-desa terdekat mulai merasakan hal-hal yang tidak biasa. Beberapa orang mengaku mendengar suara-suara misterius dari dalam bumi, sementara yang lain melihat cahaya-cahaya aneh di malam hari. Penduduk percaya bahwa gunung itu masih aktif dan bisa meletus kapan saja.
Namun, tidak ada yang tahu bahwa sesuatu yang jauh lebih besar sedang terjadi jauh di dalam bumi. Corelith, yang kini berada di kedalaman inti bumi, mulai memancarkan energi yang sangat kuat. Energi ini mengubah komposisi magma di sekitarnya, menciptakan gangguan magnetik dan geologis. Para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia mulai memperhatikan adanya anomali energi di sekitar wilayah Dieng, tetapi tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkannya.
Sementara itu, para peneliti lokal dari universitas terkemuka di Indonesia mulai melakukan ekspedisi untuk mencari tahu apa yang terjadi di Gunung Dieng. Di antara mereka adalah Dr. Arif Prakoso, seorang ahli vulkanologi, dan timnya yang terdiri dari beberapa ilmuwan terbaik di negeri ini. Mereka menduga ada sesuatu yang lebih dari sekadar aktivitas vulkanik biasa, tetapi bukti masih terlalu minim. Ketika mereka semakin dekat ke pusat energi, mereka mulai merasakan kekuatan Corelith yang semakin kuat, tanpa menyadari bahwa mereka berada di ambang menemukan sumber energi yang belum pernah diketahui manusia sebelumnya.