Dalam perjalanan pulang membawa artefak Jenderal Thienem, Josephine Braza dan timnya dihadapkan pada ancaman tak terduga. Beberapa kelompok, yang telah mendengar kabar tentang penemuan artefak ini, memutuskan untuk menghadang mereka. Kelompok-kelompok ini, dengan motif masing-masing—baik ingin memanfaatkan teknologi Thienem untuk kekuasaan maupun keuntungan finansial—menyusun strategi untuk merebut artefak tersebut.
Josephine, yang sudah mempersiapkan segala kemungkinan, memerintahkan timnya untuk memperketat pengamanan. Konvoi penelitian pun dilengkapi dengan kendaraan lapis baja dan perlengkapan senjata canggih. Namun, lawan mereka bukan kelompok biasa; mereka membawa persenjataan dan teknologi yang tidak kalah hebat, bahkan beberapa memiliki kemampuan yang memanfaatkan teknologi serupa dengan apa yang terdapat pada artefak Thienem.
Saat mereka melintasi padang es kutub, sinyal gangguan mulai muncul di peralatan komunikasi. "Ada yang aneh. Sinyal kita diganggu," salah seorang teknisi melaporkan. Sebelum mereka sempat bereaksi, kendaraan konvoi diserang dari berbagai arah.
Pertempuran di Tengah Padang Es
Tembakan dan ledakan menggema di udara dingin kutub utara. Kelompok-kelompok yang menyerang terdiri dari berbagai fraksi, beberapa terlihat seperti pasukan bayaran bersenjata lengkap, sementara yang lain menggunakan perangkat tak dikenal yang memancarkan energi. Josephine segera mengambil alih komando, "Pertahankan posisi! Jangan biarkan artefak jatuh ke tangan mereka!"
Tim Josephine, terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, segera mengambil posisi bertahan. Mereka menggunakan peralatan pertahanan yang mampu menciptakan medan energi sebagai pelindung. Namun, para penyerang tidak kalah cerdik. Salah satu kelompok berhasil menembus garis pertahanan dengan menggunakan perangkat yang dapat menembus medan energi tersebut.
"Berikan aku laporan situasi!" teriak Josephine melalui perangkat komunikasi di tengah kekacauan. "Mereka mengepung kita! Kita harus mengamankan artefak," jawab salah seorang komandan timnya.