Setelah Jenderal Thienem dan pasukannya gagal kembali ke markas Rokka, pemimpin bangsa Rokka merasa perlu mengambil langkah yang lebih drastis. Mereka menilai Bumi sebagai ancaman baru yang perlu segera dihancurkan sebelum hal-hal menjadi lebih rumit. Oleh karena itu, bangsa Rokka mengirim pasukan yang jauh lebih besar dan persenjataan yang jauh lebih canggih dibandingkan sebelumnya. Armada besar ini dipimpin oleh Jenderal Utama Nox Nox, seorang ahli strategi perang yang dikenal akan kekejamannya. Bersama Jenderal Nox Nox, para panglima perang elit bangsa Rokka – Quita, Saxsa, Xoxo, Hewa, Macer, dan Ququ – siap menuju Bumi untuk melaksanakan misi penghancuran total.
Di Bumi, Agnadita merasakan adanya perubahan energi besar yang mendekati planet ini. Lewat liontinnya yang terhubung dengan Corelith dan Diamerion, ia bisa mendeteksi pergerakan armada Rokka yang semakin mendekat. Sadar akan potensi kehancuran jika mereka mencapai atmosfer Bumi, Agnadita segera mempersiapkan diri. “Aku harus menghentikan mereka sebelum mereka membawa kehancuran lebih besar,” pikirnya dalam hati.
Dengan fokus penuh, Agnadita melesat meninggalkan permukaan Bumi dan menuju luar angkasa. Ia tahu pertempuran kali ini akan lebih sulit daripada sebelumnya, tetapi ia tak gentar. Kali ini, ia melawan untuk melindungi Bumi dan semua yang ada di dalamnya.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan armada Rokka yang perlahan terlihat sebagai deretan kapal perang raksasa yang menjulang dan berkilauan oleh persenjataan mereka yang canggih. Jenderal Nox Nox yang berada di pusat armada itu menyeringai. “Jadi, kau yang telah mengalahkan Jenderal Thienem?” ucapnya dengan nada dingin yang disampaikan lewat komunikasi mental.