Alam seakan bersaksi dengan kejadian memilukan yang menimpa keluarga kecil ini. Pohon yang tadinya bergerak tak beraturan mulai berubah menjadi ganas. Gerak tiap daun sangat kencang dan, "bruak ...." tumbang dimana-mana. Rumah kecil mereka pun hampir tertimpa pohon besar yang berdiri 50 senti ke depan.
Hujan kecil-kecil mulai berjatuhan, seiring dengan basahnya para dedaunan yang sudah tidak berdiri tegak. Suasana mencekam, juga menyedihkan bagi Sera.
"Mas, bagnunlah. Mas!" Teriaknya berkali-kali. Bersamaan dengan itu, perutnya terasa kram. Bayi yang tinggal di dalam rahim seakan meronta ingin keluar. Darah berserak di sekitar, bercampur dengan air hujan dan alam yang sedang tidak stabil.
Sera terus mendesah kesakitan. Wajahnya mulai membiru menahan dingin dan nyeri tak tertahankan. Teriakan tak lagi sekuat sebelumnya, pun, belum ada malaikat atau siapapun yang datang menolong.
"To ... lo ... ng ... tolong!" Suaranya parau, bahkan hanya untuk menebus hujan yang sudah lebat pun tak mampu.
"Tolong!" Teriaknya lagi.