Ahlan Wa Sahlan

Nuzulul Rahma
Chapter #1

PROLOG

Setiap manusia memiliki garis hidup masing-masing. Tak perlu iri pada apa pun yang ada di muka bumi ini, karena rezeki sudah tertakar sempurna untuk kita. Sebuah kutipan indah yang tercetus dari sahabat Rasullullah, “Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.” Umar bin Khattab.

Aku berdiri di pematang sawah, pandangan membentang luas ke lahan yang kini telah menjadi hak milik bersama-semua hasil panen akan disumbangkan untuk menghidupi rumah yatim piatu di desa Rawa, bukan lagi milik orang kaya sombong yang suka menindas juga menganiaya rakyat kurang mampu.

“Beruntung, desa Rawa memiliki kesatria yang selalu membela nasib rakyat,” puji seorang petani-berjalan santai menikmati suasana pagi-menuju sawah.

“Betul itu, syukur alhamdulillah. Walaupun dia tidak pernah menunjukkan identitas asli, tapi dedikasi untuk rakyat dan desa Rawa sangat besar,” tambah seorang yang lain.

“Siapa kesatria?” ketus seorang lelaki bertato-wajah beringas, mata melotot dan alis menyatu-menghadang perjalanan para petani.

Lihat selengkapnya