“TOM, ADA FON CALL TU,” Murugan, salah seorang teman Tom yang istirahat di bench memanggil ketika ponsel Tom berdering.
Yeps, secepat itu Tom mendapat teman dan bermain basket bersama. Bagi Tom basket bukan hanya sekedar permainan bola tangan, tapi juga alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Baginya, basket memberi banyak peluang untuk mencari teman baru dalam kesempatan apapun. Asal ada tanah lapang, ada orang lebih dari satu, akan lebih baik lagi kalau ada ring basket, kalau pun tidak ada, mock-basket pun jadi. Tidak ada istilah orang asing di dalam basket, siapapun bisa ikut bermain. Ditambah lagi, tidak perlu pandai bicara untuk bisa berkenalan dengan orang asing.
Luar biasa kan?
Tom melempar bola ke arah Edward lalu berlari ke pinggir lapangan, mengecek ponselnya, nama John berkedip-kedip di layar ponselnya. Sedangkan Murugan berlari-lari kecil mengambil posisi menggantikan Tom. Mengusap layar ponselnya, Tom menjawab panggilan kakak kembarnya.
“Yes,”
“Aku pulang duluan,” jawab suara di seberang.
“Okay, bilang Mom aku pulang terlambat,” Tom berkata seraya mengusap peluh di dahinya dengan lengannya.
“Tapi kalau kena marah aku tidak ikut-ikut yah,”
“Oke sip!”
Telepon diputus.
Tom meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas duffel-nya lalu mengambil botol air putih, membuka tutupnya dan meneguk isinya dengan satu tegukan besar. Untuk sesaat ia hanya memperhatikan teman-temannya bermain. Saling melempar bola, berlari cepat untuk menembus pertahanan lawan dan…. Skor!
Murugan mengangkat tangan untuk memberi tanda jika permainan usai. Semuanya merapat ke bangku di pinggir lapangan, mengambil botol minuman masing-masing.
“Hey,” sebuah tepukan mendarat di punggung Tom.
“Yeah?”
“Kami akan pulang, kau?” tanya seorang yang bertubuh tinggi besar, Hugo.
Alih-alih menjawab pertanyaan Hugo, Tom malah memperhatikan sekeliling saat itulah ia baru sadar ada seorang cewek duduk di tembok tangga darurat lantai lima. Kakinya menjuntai ke bawah. Eh? Tom did double take, Elva? Damn, hampir saja dia mengira cewek itu akan bunuh diri, ternyata tidak, gadis itu hanya sedang menikmati sesuatu di pangkuannya.
Seperti.... Kertas atau buku? Sedang apa dia? Membuat sketsa?
“Tom?” panggil Murugan.
“Yes? Oh sorry. Sebentar lagi lah,” meski ia tahu John sudah berada di perjalanan pulang—yang berarti jam bermainnya juga sudah mendekati limit—kemunculan Elva di atas sana membuatnya ingin berlama-lama di sekolah.
Ada sesuatu yang menarik dari seorang Elva.
“Edward, dia nak pergi kerja dan saya rasa, saya pun nak balik rumah juga,” Murugan berkata lagi sembari mengusap keringat di hidungnya.
“Baiklah, kalian duluan saja, aku masih ingin bermain,” Tom mengangguk.
“Sendirian?” tanya Hugo dengan satu alis terangkat.