Ai Ni

Tara Lee
Chapter #9

Ai Ni 7

“PONSEL,” TOM MENENGADAHKAN tangannya.

Kening Elva berkerut, apa maksudnya? Mendadak muncul dari antah berantah lalu minta ponselnya? Elva baru keluar dari kelas tambahan Mr. Jung, sedang Tom tadi hanya datang untuk mengumpulkan tugas, izin kepada profesor paling killer tersebut untuk absen dari kelas—yang Elva sangat yakin dia tidur di ruang musik seperti biasa sambil menunggu jadwal latihan basket.

“Ponsel,” ulangnya ketika Elva hanya menatapnya dengan pandangan aneh. “Aku pinjam ponselmu, bateraiku habis,” tambah Tom ketika Elva masih tidak bereaksi.

Elva menghela napas ketika mengambil ponsel dari saku jasnya dan mengangsurkan ke cowok di hadapannya, anak ini memang aneh dan akan selalu aneh, kenapa aku masih bertanya-tanya?

Tom nyengir lebar ketika dengan cepat dia menekan angka-angka. Tidak lama kemudian terdengar dering ponsel, masih dengan cengiran lebar yang hampir selalu membuat Elva ingin nenonjok mukanya, Tom merogoh saku celananya untuk mengambil benda kotak persegi panjang. 

Spontan Elva mendelik melihatnya.

“Kau bilang bateraimu habis!?”

“Tapi aku tidak bilang ponselku mati kan? Ah itu nomorku, simpan yah? Bye…,” Tom menjulurkan lidah dan berbalik sebelum menuruni tangga dua-dua sekaligus, menghilang menuju lapangan basket.

“Anak aneh, aku heran bagaimana Noriko bisa suka padanya,” gumam Elva.

Tidak mempedulikan Tom yang telah menghilang dari pandangannya, Elva mendorong pintu kaca di depannya.

Sepi.

Tentu saja sudah hampir jam empat sore ini, tidak banyak siswa yang masih berada di kampus seperti dirinya. Berjalan agak tergesa-gesa, Elva segera mencari buku-buku yang dibutuhkan untuk mengerjakan esai dari Mr. Ken tentang lingkungan dan alam. Dia memang harus cepat-cepat karena masih harus mengerjakan lukisannya lagi, memang kurang sedikit, tapi dengan sisa waktu seminggu, Elva merasa waktunya tidak cukup.

Begitu mendapatkan semua bahan yang dibutuhkan, cewek itu mengambil tempat favoritnya di samping jendela kaca. Tempat yang cukup tersembunyi karena terletak di pojok belakang ruang baca perpustakaan, selain lebih sepi dari tempat yang lain, pojokan itu berhadapan langsung dengan taman sekolah. Itulah alasannya mengapa tempat itu menjadi tempat favoritnya, pemandangan yang indah.

***

“MINGGU INI KE MANA?” Henry tiba-tiba bertanya.

Henry, salah satu anggota geng profesor di Summer Hills Junior College, bersama John sebagai anggota terbaru, Mike dan Jackie.

Ketiga temannya menoleh hampir bersamaan ke arah Henry. 

“Keluar lagi?’ tanya Jackie mengangkat alis.

Mereka berempat sedang duduk-duduk di taman belakang kampus sebelum pulang. 

“Ada tempat yang menarik?” kali ini Mike yang bertanya.

“Sebenarnya dari pada keluar aku malah lebih tertarik dengan progresnya si John,” kata Jackie.

“Ahh benar, hey dude ada laporan apa nih?” Henry menyikut John yang duduk di sampingnya.

“Huh?”

 John terkejut ketika Henry menyikut dadanya, sontak dia menoleh sedangkan teman-temannya menatapnya dengan pandangan heran.

“Gimana nih progresnya?” tanya Mike ingin tahu.

“Progres apa?”

“Kau melamun?” tanya Mike lagi. “Ngelamunin apaan? Ikutan dong, rame-rame kan enak ngelamunnya,”

Hanya dengan komentar seperti itu Mike mendapat timpukan dari mana-mana. Well, memang tidak ada yang bisa mengalahkan Mike untuk urusan trolling, entah kenapa otak Mike itu absurd sekali. 

Lihat selengkapnya