SIANG ITU SEPERTI biasa Elva menghabiskan waktu di ruang istirahat sambil menunggu kelas tambahan Mrs. Lee yang absen minggu lalu. Cukup sepi hari ini. Suasana seperti ini merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi cewek berambut sebahu itu. Sendirian membaca buku di tempat yang sepi.
Damai.
“Hey,”
Elva mendongak dan tersenyum, ada John di sana.
“Lama tidak terlihat,” sapa John.
“Sibuk menyiapkan lukisan untuk lomba,” Elva nyengir.
“Boleh lihat?” tanya John, cowok itu menarik kursi kosong di samping Elva.
“Nope,” Elva menggeleng seraya tertawa.
“Ah no fun,” John cemberut. “Anggap spoiler lah.” Bujuknya.
“Sayangnya aku tidak suka spoiler,” Elva tertawa lebar.
“Sudah kuduga,” kata John sambil bersandar di sandaran kursi. “Eh Elva, weekend ini ada acara tidak?”
Elva mengangguk.
“Kau selalu sibuk yah,” komentar John. “Tapi bisakah kau meluangkan waktu?”
“Aku harus menyelesaikan lukisanku,’
“Jadi sibuk yang kau maksud adalah melukis?”
Elva mengangguk lagi.
“Ya ampun Elva, bisa tidak kau tidak mikir melukis barang sehari?’
“Haha… sorry,” Elva menggeleng.
“Weekend ini keluar yuk,” ajak John tiba-tiba.
“Sudah kubilang aku sibuk juga,”
“Alah, paling kita keluar tidak lebih dari lima jam,” John beralasan.
“Justru itu, waktu sebanyak itu, sayang kalau disia-siakan,”
“Susah ya mengubah pendirianmu?” tanya John sambil merengut kecewa.
Elva tertawa lagi.
“Mau ke mana sih? Lain kali mungkin?’
“Janji ya?” Belum sempat Elva menjawab, John sudah memotongnya. “Kalau tidak sibuk lagi kan?”
Elva hanya tertawa untuk yang kesekian kalinya.
***
NORIKO SEDANG SEDIH, iya benar si cucakrawa itu sedang sedih, seharian hanya mencorat-coret kanvas tidak jelas.
“Kau kenapa?” tanya Elva khawatir.
Cewek itu merasa aneh dengan temannya yang seolah tengah menderita sesuatu yang serius.
“Aku ada festival Sabtu besok,” Noriko menjawab pelan. Tangan kanannya masih sibuk mencorat-coret kanvas di depannya dengan cat hijau—yang sebelumnya telah dicat hitam dan kuning.
Bingung?
Elva juga.
Noriko kalau sudah begini memang suka aneh anaknya.
Sigh
“Terus apa hubungannya sama kamu kesal No?” tanya Elva dengan sabar.
Memang harus sabar menghadapi anak yang sedang labil begini, eh?
“Besok Sabtu Nobuyuki konser!” Noriko menjawab pertanyaan Elva dengan sebuah jeritan kencang.
Spontan Elva menutup kedua telinganya.
Ya ampun ini anak!
“Iya tapi tidak perlu teriak Noriko?!” balas Elva kesal.
“Kamu sih, sudah jelas juga, malah pura-pura bego,” sungut Noriko.
“Tapi serius deh, aku masih enggak ngerti,” kata Elva seraya menggelengkan kepala.
Noriko mendelik lalu melengos. Tidak lama kemudian ia menuangkan cat biru di atas cat kuning yang sudah hampir habis.
Elva mengangkat alis, lukisan abstrak Noriko is on the roll, ia tertawa dalam hati. Elva pun memutuskan untuk tidak lagi menganggu Noriko. It would be so much wiser to stay well away from her, for now.
***
“ELVA~~~”
Elva menghela napas begitu mendengar suara yang sangat dikenalnya. Ada apa dengan hari ini? Dari John, lalu Noriko, dan kini Tom?
“Mau apa lagi dia,” gumam Elva dan menambahkan dengan kasar dan keras. “Kalau kau ke mari untuk menggangguku, lebih baik kau pergi,”
“Hey, cewek cakep tidak boleh marah-marah dong,” Tom berkata seraya melompat duduk di meja tepat di samping Elva yang sedang sibuk melukis. “Makin tidak baik kalau marah-marahnya sama orang cakep,”
Elva mendelik, orang cakep?!
“Ayolah,” bujuk Tom.
Elva tidak mempedulikan cowok itu dan kembali melukis. Elva memang punya 1001 alasan untuk marah. Gara-gara Tom, semalam ia harus begadang untuk menyelesaikan esai dari Mrs. Claire karena esai yang sedianya akan dikumpulkan hari ini malah sobek dipakai berebut Tom dan Noriko kemarin. Makin sial karena yang separuh hilang entah ke mana. Jadilah ia membuat esai dari nol! Belum lagi tugas lukisan dari Mrs. Lee.
“Kau tidak ada kerjaan ya selain mengganggu orang?” semprot Elva.
“Ada lah, masak cowok keren kayak aku tidak ada kerjaan, eh aku tidak ganggu siapa-siapa kali, coba lihat, aku cuma duduk di sini kan?”
“Tidak usah narsis kenapa? Serius deh, lebih baik kau main di lapangan atau di mana kek. Aku tidak bisa kerja kalau kau terus meracau tidak jelas di sini,”
“Siapa bilang tidak jelas?”
Elva menoleh dan melotot.
Tom buru-buru mengangkat tangan di atas kepalanya, menyerah.
“Iya, iya, aku cuma mau ngasih ini nih,” cowok itu buru-buru merogoh saku jasnya, mengambil sesuatu.
Elva menoleh sekilas saat Tom mengangsurkan selembar kertas, seperti undangan?
“Lihat yang bener dong,” kata Tom ketika Elva ogah-ogahan melihat lembaran kertas di tangannya.
Dengan masih agak-agak malas, Elva meletakkan palet dan kuas, untuk melihat lebih jelas kertas yang di tangan Tom.
Gasped!
Selembar tiket konser!