Aku berlari ke pantai. Hanya ingin memberitahu dunia bahwa aku sedang dalam masalah. Aku sedang tidak baik-baik saja hari ini. Sayangnya tidak ada yang bertanya padaku bagaimana kabarku hari ini.
"Tuhan aku butuh ketenangan dalam hidupku ini. Karena aku sedang tidak baik-baik saja Tuhan. Aku sedang hancur. Aku butuh teman cerita. Tak ada satu orang pun yang mengerti perasaan ku kecuali engkau." Aku berteriak hingga meneteskan air mata di bibir pantai.
Menghela nafas,
"Aku sangat berterimakasih kepadaMU karena telah menciptakan Warna jingga pada matahari tenggelam yang mampu membuat ketenangan tersendiri bagiku." Ucapku lirih.
Aku selalu menatap ke arah barat berharap kehidupanku bisa seindah senja.
Pagi yang cerah, membawa sebongkah berlian dari alam. Menceritakan kehidupanku yang mungkin bisa menjadi pengajaran berharga dalam hidup selayaknya berlian. Aku adalah Anita Wulandari, anak ke 4 dari 4 bersaudara. Tak sedikit orang bilang kepadaku bahwa aku adalah wanita berparas cantik yang diidamkan sebagian laki-laki. Aku sama sekali tak berniat sombong. Aku sering kali dengar orang bilang bahwa aku beruntung bisa punya keluarga yang sempurna. Tak sedikit orang yang mengagumiku secara diam-diam ataupun secara terang-terangan dihadapanku.
"Kata orang-orang sih aku idaman mertua. sebenarnya agak geli sedikit sih mendengar ucapan seperti itu hahahahaha...."
Percaya kepada diri sendiri itu perlu.
Aku sangat aktif di media social. Setiap postingan yang aku bagikan dapat membius para lelaki yang mengunjungi media social ku. Kalimat itu yang sering diungkapkan orang-orang yang mengagumi ku dari media social. Itulah yang bikin aku sering dibenci oleh kakak kelas. Entah mereka merasa iri atau gimana aku juga tidak mengerti. Bukannya aku sombong, aku yang paling dikenal diantara teman-teman yang lain dikelas. Siapa yang tidak tau aku satu sekolah. Aku pun sering kali menjadi bahan pembicaraan kakak kelas. Padahal aku tak pernah mencari masalah dengan mereka. Tapi mereka tak suka aja gitu sama aku. Padahal aku tak pernah mengaku hidupku sempurna (cantik). Yang bilang seperti itu hanya orang-orang disekitarku saja. Tapi yaudahlah mau gimana lagi. Terserah mereka suka atau tidak suka kepadaku. Itu hak mereka. Aku tak bisa mengatur itu. Tapi tak sedikit pula orang yang menyayangiku dan membela ku. Itu yang patut untuk aku pertahankan sebagai acuan dalam hidup kedepannya.
Aku itu orangnya lebih suka mencari kebahagiaan diluar rumah. Aku lebih baik disuruh jalan-jalan daripada aku dirumah dengan segala ego kedua orang tuaku. Aku sangat tidak nyaman dirumah. Tiap hari mendengar orang tua marah-marah. Pukul sana pukul sini. Benci sana benci sini. Sering juga saling melontarkan kata kasar. Mungkin baginya aku tak mendengar hal itu. Padahal sebenarnya aku sangat mendengar dan melihat jelas kejadian itu. Aku paham, Ibuku sudah cukup lelah dengan semua pekerjaannya. Ayahku hanya dirumah sebagai penggangguran. Sistem dirumahku sudah terbalik. Ayahku hanya santai dirumah, tak melakukan apa-apa. Sedangkan ibuku mem back up semua pekerjaan kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Sebab itu aku tak ingin memiliki pasangan seperti ayahku. Yang tak paham akan kewajibannya. Yang hanya bisa mengomentari tanpa aksi. Aku pun kadang sudah tak diperhatikan, tidak pulang pun kadang tidak pernah dicari oleh kedua orang tua ku. Mungkin orang tuaku sudah capek dan tak peduli. Tapi ya mungkin ini memang jalannya. Cukup diterima saja walaupun itu terlalu berliku untuk dijalani.
Sekali lagi, Aku tak bermaksud sombong sama sekali. Aku tak punya niat menyombongkan diri. Banyak orang menganggap bahwa aku bahagia dengan kehidupan ku. Hidupku sangat sempurna dimata mereka. Bahkan mereka menginginkan kehidupan seperti ku. Banyak orang yang memuji-muji keluarga ku serta kehidupanku.
"Mereka memuji pasti hanya karena aku punya saudara yang cantik-cantik aja. Mereka hanya mendeskripsikan apa yang mereka liat." sambil berkaca untuk bersiap-siap pergi bersama Gilang pacar aku.
"Itu mungkin hanya kelebihan dari keluargaku saja. Andaikan mereka semua tau kalau keluargak---" (terpotong karena mendengar suara seperti orang berkelahi,
saat keluar kamar melihat orang tuaku sedang berantem dahsyat).
Menghela nafas, "untuk kesekian kalinya."sambil menutup pintu dan kembali ke kamar.
Tapi orang tidak banyak tau gimana sulitnya jadi seorang Anita (menghempaskan badan ke kasur). Bagaimana bisa bertahan diposisiku yang setiap hari melihat orang tua aku berkelahi sejak aku masih kecil hingga aku sebesar ini. Aku benar-benar merasa hancur setiap kali mereka berantem. Aku merasa tak ada satu orang pun yang bakal mengerti posisiku saat ini. Aku sebenarnya ingin curhat pada Nila sejak dulu tentang keluargaku, tapi aku tak ingin merepotkan mereka dengan curhatan tentang permasalahan keluargaku. Ini adalah masalahku yang aku harus selesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain. Jadi aku lebih memilih untuk memendamnya sendiri. Aku tak ingin membuat mereka kefikiran tentang permasalahan yang sedang aku hadapi. Cukup aku sendiri yang merasakannya.
Disaat aku merasa hancur pada malam itu, disaat itu juga Gilang menghubungiku lalu memutuskanku hanya karena alasan tidak bertemu pada malam itu. Malam itu memang aku janjian ingin bertemu Gilang. Hanya saja melihat orang tuaku seperti itu, jadi aku mengurungkan niat untuk tidak jadi bertemu. Gilang memang tak suka melihat orang melanggar janji yang dibuat. Dia tak perduli mau pacarnya ataupun temannya. Dia tak suka dikhianati dengan iming-iming janji dan berbagai alasan klasik bagi dia. Dia lebih memilih untuk memutuskan ku. Dia tak ingin bertemu denganku dan tak ingin mendengar penjelasanku. Jadi dia memutuskan ku lewat via whatsaap, bertuliskan:
"aku mau putus dari kamu nit. Aku gak suka ya punya cewek yang ngingkarin janji. Katanya janji untuk datang malam itu nyatanya tidak." Pesan dari Gilang
Aku merasa bahwa aku menjadi wanita tersial didunia. Tak ada yang lebih sial dari hidupku ini. Fikiranku hancur berantakan. Hatiku seperti dipatahkan. Aku hanya mampu menangis sepanjang hari. Aku ingin cerita ini semua ke kakak-kakakku. Hanya saja pada malam itu kakak- kakakku sedang berada diluar kota dengan kesibukannya masing-masing.
Tak terasa matahari sudah kembali terbit. Aku bangun dari tidur dengan mata sembab yang tak terkondisikan lagi. Aku berharap semua teman ku tak menyadari bahwa aku semalam habis nangis berkepanjangan. Mata memang tidak bisa dibohongi. Aku baru satu langkah masuk ke pintu kelas saja sudah menjadi sorotan teman-teman sekelas. Semua nya sibuk menanyakan masalah apa yang sedang terjadi, mengapa mataku bisa sesembab ini. Awalnya aku menjawab tidak apa-apa kepada mereka. Tetapi mereka tak percaya ucapanku itu. Mereka terus mendesakku untuk bercerita atas apa yang terjadi semalam. Aku tak bisa mengelak, karena teman-temanku tau betul jika aku sedang ada masalah. Pada saat masuk kelas itu, ya aku harus tetap bercerita. Tetapi aku tetap tak menceritakan masalah yang sebenarnya terjadi di keluargaku. Aku hanya menceritakan tentang Gilang yang memutuskanku.
"Bahwa, aku diputusin oleh Gilang hanya karena tidak jadi ketemuan malam itu." Semua teman sekelas ku kaget mendengar berita itu.
"kok bisa?" Ujar Kayla
"kenapa?, gila ya jahat banget Gilang itu?" Pertanyaan yang dilontarkan dari mulut Nila.
"Sayangnya kamu Nit, sudah pacaran 3 tahun padahal." Ujar Tinting penuh keseriusan.
"Kurang apa coba kamu nit! Diluar sana banyak yang kagum sama kamu sedangkan Gilang nyia nyiakan kamu!" Nila geram mengetahui ini.