Aib anitaku

Yuwo
Chapter #3

Mengutarakan rasa dan mempercayakan sepenuhnya

Tak lama setelah video itu berakhir, dia menelfon aku:

"kamu tak perlu menanyakan maksud ku apa. Pastinya kamu sudah mengerti, karena aku yakin kamu sudah menonton videonya. Tak perlu jawab malam ini. Aku mohon besok setelah kamu pulang sekolah kita bertemu di pantai. Selamat tidur."

Baru hari ini aku bangun tak selega biasanya. Aku kefikiran harus jawab apa nantinya ketika bertemu. Kalau aku nolak pastinya dia akan kecewa. Kalau aku terima tapi aku belum mengerti karakter dia seperti apa nantinya jika bersama ku. Sayangnya hati, ekpresi dan otakku tak selalu sinkron. Pasti berbeda selalu. Otak masih bimbang dalam menentukan pilihan. Sedangkan hati seolah-olah menandakan diriku untuk menerimanya sebagai pasangan. Kalau ekpresi selalu menampilkan wajah tersenyum,

"Bisa aja dia buat aku jatuh cinta dengan caranya" ujarku didepan kaca.

Aku memiliki 3 orang kakak bernama Lili, Lita dan Lia. Dua orang kakakku yang namanya Lita dan Lia sibuk membantu membuat pesanan kue. Aku berangkat sekolah diantar oleh kakak pertamaku yang namanya Lili. Kak Lili ini punya sifat yang moodyan banget. Kalau lagi mood dia mengajukan diri untuk ngantar aku sekolah. Tapi kalau lagi Gak mood senggol dikit ngambeknya berhari-hari. Kalau orang tak kenal dekat dengan dia, pasti dia terlihat sangat jutek. Wajahnya itu seperti pemain sinetron yang antagonis gitu. Sampai-sampai dikira orang dia itu jahat. Karena wajahnya yang sangat sinis itu ketika melihat orang. Teman-teman aku sampai takut sekali jika bertemu dengan kak Lili sangking sinisnya terus ditambah orangnya yang judes. Beda lagi kalau kak Lita. Kak Lita ini anak kedua. Kita bertiga selalu iri banget sama dia. Karena dia ini merebut semua aset terbaik yang dimiliki bapak sama ibu. Dia ini kalau dari fisik perfect banget lah. Siapa coba laki-laki yang gak mau sama dia. Tinggi? Iya, mata sipit? Iya, hidung mancung? Iya, bibir tipis? Iya, pekerja keras lagi. Tapi keburukannya dia sangat cerewet dan terlalu blak-blakan. Kalau dia tak suka sama orang, dia pasti secara terang terangan ngomong tidak suka didepan orang tersebut. Tapi kalau dia kagum sama seseorang pasti dia akan bilang sejujurnya. Dia sama sekali tak bisa menjaga rahasia sedikit pun. Sedangkan kalau kakak aku yang ketiga namanya kak Lia beda banget sifatnya dari kita bertiga. Dia ini orangnya perfeksionis banget, Kalem, teliti tapi pemalas. Ketiga kakak-kakak ku mempunyai satu sifat yang sama yaitu kepo. Ketika aku keluar rumah tanpa sepengetahuannya pasti saat pulang akan ditanya sampai ke akar-akarnya. Bahkan sampai-sampai aku tak bisa menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan kepadaku. Tapi mungkin itu merupakan tanda sayang mereka kepada adiknya yang masih labil dan masih sibuk mencari jati diri. Aku menceritakannya ke dia tentang sifat ketiga saudaraku. Agar dia tau bagaimana karakter saudara-saudaraku. Jadi jikalau suatu saat nanti bertemu dia tak akan kaget dengan masing-masing karakter yang dimiliki oleh saudara-saudaraku. Lantas aku keterusan menceritakan tentang keluargaku kisah masa lalu kedua orang tuaku ke dia.

Jadi, dulu itu ternyata kedua orang tua ku sudah sering kali berantem. Tanpa aku tau permasalahannya serumit apa. Mungkin bisa dibilang tiada hari tanpa berantem. Pada saat itu aku masih kecil. Masih tak tau apa-apa. Aku diceritain ketiga kakakku tentang ini pada waktu itu. Sebab itu dulu mereka pergi mencari kerja diluar kota dan sempat tinggal diluar kota. Karena mereka capek tiap hari harus melihat kedua orang tua ku berantem. Pada saat itu mereka pergi ke luar kota bertiga tak minta uang se persen pun. Mereka tak mikirin gimana nantinya. Yang mereka fikirin bertiga adalah keluar dari rumah itu. Mereka bertiga nyusup-nyusup masuk ke bis. Alhamdulillah pada saat itu mereka gak ketahuan. Mereka bertiga langsung cari saudara dari ibu kita. Bertiga datang kesana dan minta tolong untuk tinggal disana sementara. Alhamdulillah diperbolehkan. Tinggal sementaranya mereka itu sampe 3 tahun *hahahahha*. Untung saja saudara ibuku tak mengusir mereka bertiga karena kelamaan. Jadi, aku itu ditinggal sendirian dirumah tanpa ketiga kakakku Dan kemarin itu orang tuaku berantem yang paling dahsyat. Aku itu bingung harus cerita kesiapa. Gak ada tempat untuk aku cerita. Alhamdulillah aku bertemu kamu. Jadi aku bisa merasa sedikit lega.

Aku tak ingin menceritakan ini ke teman-teman dan sahabat takut menjadi beban untuk mereka. Karena kita tak pernah tau juga masalah apa yang sedang terjadi pada mereka. Akhirnya aku menemukan orang yang bisa mendengar ceritaku. Karena aku merasa cocok jika memiliki pasangan yang sifatnya pendengar. Karena selama ini aku belum menemukan sosok itu. Sulit dicari orang yang sifatnya seperti itu sangat langka. Aku berharap kamu memiliki sifat yang aku butuhkan itu. Aku mohon untuk bersabar mendengar episode-episode yang akan aku ceritakan ke kamu. Karena hidupku memang seperti benang yang kusut.

"Iya gak papa. Kamu cerita aja sama aku kalau ada apa-apa". Ucap Dicky

"ehhh... kok aku jadi malah beneran curhat keluargaku yakk. Tadi sih awalnya becanda doang buat ngisi obrolan biar nggak kosong. Eh malah keterusan, Maaf-maaf Dic." Ujarku kepadanya.

"Jangan sungkan-sungkan kalau mau cerita. Aku siap kok dengar ceritamu". Ucap nya.

"Ehhh... sampe lupa. Kita ketemuan ini bukannya bahas video itu ya. Btw.. itu video keren banget. Mau nanya dong siapa sih yang videoin kok aku gak tau kapan di videoin nya. Perasaan kamu gak pegang handphone waktu itu". Ucapku terus nyerocos kepadanya.

Lihat selengkapnya