Seperti pagi-pagi biasanya. Meskipun weekend Bulan tidak pernah bermalas-malasan di atas kasurnya. Walaupun sedang libur salat, biasanya dia tetap bangun subuh untuk membaca buku, rupanya dia sedang membaca buku sejarah Ibnu Batutah.
Ibnu Batutah atau Muhammad bin Batutah yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah adalah seorang alim dari Maroko. Beliau adalah orang pertama yang berjelajah ke berbagai pelosok dunia pada abad pertengahan.
Ibnu Batutah adalah salah satu tokoh favorit Bulan. Dia berharap suatu saat nanti dia bisa seperti beliau yang bisa menjelahi dunia untuk menyiarkan ajaran Islam. Tidak sekarang, sebab seorang wanita jika bepergian jauh lebih afdal dengan mahrom.
Dia memiliki bayangan masa depan yang indah. Menikah dengan orang yang paham agama dan bisa berdakwah keliling dunia berdua. Adakah yang lebih indah daripada itu?.
Suasana pagi itu terasa lebih hangat dan indah, burung-burung berkicau, mentari hadir memancarkan cahayanya membasahi embun. Dia membuka jendelanya dan menghirup udara pagi.
Lalu membereskan tempat tidurnya. Tidak lupa juga menyapu lantainya. Setelah semua selesai. Kemudian dia kembali berdiri di depan jendela menatap langit pagi itu. Dia merenung sejenak, tentang kejadian semalam. Mengapa dia tiba-tiba berubah menjadi hangat kepada Fajar? Bagaimana kalo seandainya Fajar menyimpan harapan padanya? begitu banyak pertanyaan yang membuatnya berperang dengan pikiranya sendiri.
Seketika Bulan teringat sesuatu. Jika hari ini adalah hari dimana kakaknya pergi ke Kairo, dia langsung bergegas keluar kamarnya mencari keberadaan kakaknya. Ia membuka pintu kamarnya dan berteriak memanggil-manggilnya.
Rupanya, Kak Bintang. Kakaknya Bulan sedang sarapan di bawah bersama papah dan bundanya. Bulan berpikir, kenapa mereka sarapan tanpa mengajaknya, tidak biasanya.
Dia menghampiri meja makannya. Berdiri persis di samping bundanya. Seperti ada yang aneh, tatapan mereka berbeda. Seperti kecewa, seperti ada sesuatu yang akan mereka sampaikan. Tidak biasanya juga, tidak ada kata sambutan dari mereka atau hanya sekedar kata “hallo”.
Dia hanya bisa termangu menyaksikan orang-orang di depannya.
“Bulan duduk!” pinta papahnya bernada marah
Tanpa banyak tanya dia langsung duduk penuh dengan kekhawatiran.
“Ini apa?” Tanya papahnya memberikan gambar di ponselnya kepada Bulan
Bulan mengambil ponsel papahnya. Lalu melihat apa yang ditunjukan kepadanya. Mati! Bagaimana mungkin papahnya bisa mendapatkan gambar dirinya bersama dengan Fajar semalam. Sedangkan dia semalam pergi keluar kota bersama bunda.
Apa mungkin Kak Bintang yang melakukan itu, tapi itu juga tidak mungkin. Jika benar kak Bintang mungkin dia sudah lebih dulu memarahi Bulan.
Itu tidak penting! Yang terpenting adalah apa yang harus Bulan katakan kepada papahnya. Sedangkan gambar itu sudah sangat jelas. Tidak perlu ada yang harus dijelaskan lagi.