AIBEK GRY

Syami Ayyabi
Chapter #9

Luka

“Kring..kring..kring,” bunyi telepon Fajar.

Dia mengangkat telponnya. Rupanya itu adalah telepon dari salah satu temannya Fajar, biasa. Mengajaknya pergi ke basecamp.

Dia beranjak dari tempat tidurnya. Bersiap-siap untuk pergi ke basecamp. Baginya malam ini terasa penat, hatinya terasa hancur, memang yang paling benar adalah mencari hiburan bersama kawan-kawannya.

Basecamp dan kawan-kawannya seperti rumah kedua bagi Fajar. Segala suka dan dukanya pasti tertumpah ruah disana.

Dia mengambil dan mengenakan jaketnya lalu turun dari kamarnya dan mencari-cari kunci motornya. Setelah semuanya sudah siap dia pamitan kepada bundanya. Tidak ada lagi alasan untuk bundanya melarang anaknya pergi, apapun itu sudah tidak mempan.

“Dek, jangan keseringan keluar malam. Kamu harus bisa jaga bunda. Besok kakak udah pergi keluar kota, kuliah udah mulai masuk. Kak Fachri juga lusa dia pergi bertugas ke Papua. Kalo kamu seperti ini, mana mungkin bisa menjaga bunda,” nasihat kak Disha.   

Fajar, anak kepala batu. Bahkan lebih keras daripada batu. Mana mempan dengan hanya kata-kata seperti itu.

“Siapa yang bisa yakiti bunda. Langkahi dulu mayatku,” ucap Fajar dan menyelonong pergi begitu saja tanpa menghiraukan perkataan kakaknya.

Waktu muda memang harus dibuat bersenang-senang bukan? Waktu muda itu hanya satu kali sayang jika tidak pernah mencoba banyak hal. Dan yang sekarang dia lakukan mustahil akan mendapatkannya di hari tua, begitu pikirnya.

Dia tetap bergegas pergi menuju basecamp bersama sepeda motornya. Sepertinya hanya Bulan yang mampu merubah Fajar, dan hanya Bulan yang bisa membuat Fajar berubah.

Seperti terlihat konyol, bagaimana mungkin dia lebih mendengarkan seorang wanita yang baru dia kenal daripada mendengarkan bundanya yang sudah dia kenal dari lahir bahkan dari semenjak di kandungnya.

***

Perjalanan menuju basecamp itu bergitu ramai, bahkan sampai macet. Satu kendaraan dengan kendaraan yang lainnya saling berdesakan, tidak sedikit juga yang saling menyalakan klakson.

Memang begitu keadaan jalan raya kota di hari senin malam, sebab banyak karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan swasta maupun negeri yang baru pulang, sehingga membuat perjalanan macet.

Meskipun begitu, hati Fajar tetap merasa sunyi. Seramai apapun keadaan sekitar sepertinya tidak akan membuat suasana hatinya menjadi ikut ramai. 

Selama perjalanan hanya Bulan yang memenuhi pikirannya. Dia berpikir kenapa sangat sulit untuk mendapatkan cintanya. Aneh, benar-benar aneh dia wanita aneh yang ditemukannya selama ini. Apapun itu, dia harus mendapatkannya walaupun harus dengan pergi ke ujung dunia.

Setelah sampai di basecamp. Fajar menyapa teman-temannya, ada sekitar delapan orang disana termasuk dirinya. Tiga orang adalah teman sekolahnya dan empat orang adalah teman dari luar sekolahnya.

Mereka semua terlihat bosan, ada sedang main catur, yang lainnya sedang main games. Fajar, dia malah rebahan di sofa, melamun. Seperti tidak ada gairah untuk hidup. Salah satu dari mereka bertanya pada Fajar mengapa dia terlihat tidak seperti biasanya.

“Pasti gara-gara wanita itu ya? Siapa sih namanya ee...” dia mencoba mengingatnya.

“Bulan,” sahut temannya.

“Nah iya si Bulan. apa sih Jeck hebatnya si Bulan, ayolah masih banyak wanita di luar sana yang lebih cantik daripada si Bulan,” katanya.  

Dia tidak menjawab pertanyaan temannya, sebab dia pun tidak mengerti, mengapa harus Bulan yang tidak cintai. Andai saja mencintai boleh memilih mungkin dia memilih untuk tidak mencintainya. Tapi rasa ini hadir begitu tiba-tiba.

Keadaan pun hening, temannya sudah nyerah untuk menasihatinya.

“Ke bar yuk, boring banget gue disini. Sekalian cuci mata, nyari cewek seksi,” ajak salah satu dari mereka.

Lihat selengkapnya