Semenjak menjabat menjadi sekretaris di ekstrakulikuler Rohis, Bulan lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Di ruang ekstrakulikuler Rohis. Dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Alief.
Ketika Bulan sedang membereskan berkas-berkas di ruang Rohis bersama dua orang anggota Rohis lainnya bernama Yolla dan Sheffa. Alief masuk ke ruang Rohis dengan mengucapkan salam. Sebab Alief membuat peraturan, wajib mengucapkan salam ketika masuk ruang Rohis.
Dia menanyakan, apakah Bulan memiliki kesulitan mengurus berkas-berkas tersebut. Bulan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa melihat wajah Alief dia tetap fokus pada apa yang sedang dikerjakannya.
“Saya ber-ekspektasi terlalu tinggi tentang kamu. Saya pikir kamu cukup memahami bagaimana seharusnya menjaga kehormatan sebagai wanita,” ucap Alief tiba-tiba.
Bulan berhenti sejenak dari aktifitasnya, dia sedikit menatap wajah Alief dengan penuh keheranan. Mengapa tiba-tiba dia mengatakan itu kepadanya.
“Maksudnya apa ya kak?” tanya Bulan kepadanya.
“Seharusnya Bulan, seorang wanita itu bisa menjaga kehormatannya. Saya pikir kamu memahami jika Islam agama kita, melarang untuk pacaran.” Jelasnya.
Bulan baru memahami maksud pembicaraan Alief. Tidak lain, pasti Fajar, dia sempat mengatakan bahwa dia pacar Bulan saat di lorong beberapa waktu yang lalu.
“Saya paham itu semua kok. Dan sampai detik ini saya tidak melakukan hal itu. Permisi!” Bulan pergi keluar meninggalkan Alief yang sedang kebingungan dengan pernyataannya. Lalu bagaimana dengan laki-laki kemarin. Pikirnya.
“Bulan itu tidak pacaran kak. Laki-laki yang selalu mendekati Bulan, itu namanya Fajar. Dia suka sama Bulan dari semenjak pertama masuk sekolah. Bulan selalu menolaknya. Tapi, Fajar tidak pernah berhenti mendekati Bulan.” timpal Yolla menjawab kebingungan Alief.
Alief hanya mengangguk-nganggukan kepalanya. Lalu dia pergi mencoba mengejar Bulan namun rupanya Bulan sudah pergi ke kelasnya.
Dia kembali masuk ke ruang Rohis. Kenapa dia berkata seperti itu kepada Bulan, kenapa tidak bertanya dulu kebenarannya. Tapi, apa yang dia lihat dan dengar dari laki-laki kemarin seharusnya itu sudah cukup jelas.
***
Saat jam istirahat tiba, Bulan bersama Vira pergi ke kantin untuk makan siang. Seperti biasa selalu dibuntuti oleh Fajar dan kawan-kawannya.
Hari itu sedang diadakan ujian tengah semester. Sehingga tidak begitu banyak anak-anak di sekolah, sebagian sudah pulang sedangkan sebagian masih ada beberapa yang nongkrong di sekolah.
Saat Bulan sedang menyantap makanannya. Tiba-tiba Alief menghampirinya dan mengucapkan salam, hanya Bulan yang menjawab salam Alief, yang lain tidak.
“Bulan, ada yang ingin saya sampaikan!” katanya.
Bulan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan dibelakang mengikuti Alief. Fajar menatapnya tajam, sangat sinis.
Seolah, Bulan adalah miliknya dan jika ingin berbicara dengannya harus izin kepadanya.
Teman-temannya menepuk-nepuk pundaknya dan berkata, “Sabar, sabar Jeck!!”.
“Tidak seharusnya saya berkata seperti tadi. Saya minta maaf Bulan!!” ucap Alief penuh sesal.
“Tidak perlu meminta maaf kak, tidak ada yang salah,” jawab Bulan dan pergi meninggalkan Alief.
Dia kembali ke meja makan melanjutkan makannya. Alief kembali memanggilnya. Bulan hanya menoleh tanpa menjawab panggilannya.
“Jangan lupa nanti sore rapat ya!” ucap Alief dengan penuh senyuman manis. Bulan hanya mengangguk dan membalas senyuman Alief.