“Bismillahirrahmaniirahim... Alif, Ba’, Ta’, Tsa’.....”
“Ba’ itu adalah huruf Al-Syafatain yang memiliki arti dua bibir. Huruf yang sama adalah fa’, mim. Cara mengucapkannya seperti ini,” Bulan memeragakan rongga mulutnya.
Yolla dan Sheffa mencoba mengikuti apa yang sedang Bulan ucapkan. Saat itu di masjid di area wanita hanya ada Bulan, Yolla dan Sheffa yang sedang belajar mengaji.
Setiap istirahat mereka selalu menyempatkan untuk belajar mengaji, minimal sepuluh sampai lima belas menit. Hal itu sudah rutin mereka lakukan, bahkan perlahan Bulan mengajari mereka untuk melaksanakan salat dhuha dan mengajak untuk istiqomah salat wajib lima waktu.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka dibalik tirai pada kawasan laki-laki. Dia adalah Alief. Dia duduk di balik tirai dan mendengarkannya dengan seksama. Alief memang tidak pernah meninggalkan salat dhuha, sekitar pukul setengah sepuluh atau jam sembilan dia mesti ada di masjid untuk melaksanakan solat dhuha. Jika tidak di waktu istirahat dia selalu izin di pertengahan pelajaran pergi menuju masjid. Sudah menjadi rahasia umum di SMA Pelita Bangsa.
Alief memejamkan matanya. Satu berjalan dua tahun dia sekolah di SMA Pelita Bangsa dia tidak pernah bertemu dengan wanita seperti Bulan, langka dan mahal. Fajar seorang siswa berandalan saja bisa sangat terpukau dan jatuh hati padanya. Lalu bagaimana dengan Alief.
“Alhamdulillah belajar hari ini sudah selesai, shadaqallahu’adzim,” Bulan menutup majelis Ilmunya dan menutup Al-Qur’annya. Begitu pun dengan Yolla dan Sheffa menutup Al-Qur’an miliknya masing-masing.
Mereka pergi meninggalkan masjid menuju kantin. Memang posisi masjid berdekatan dengan kantin utama. Di sekolah SMA Pelita Bangsa terdapat dua kantin yang pertama di dekat masjid biasanya kantin disini hanya untuk anak-anak kelas baru seperti anak kelas sepuluh atau kelas sebelas. Sedangkan kantin di belakang yang berdekatan dengan taman sekolah itu adalah kantin anak kelas dua belas atau anak-anak yang kastanya tertinggi. Sudah menjadi tradisinya dari dulu.
Bulan biasanya pergi ke kantin dekat masjid, selain dia anak baru kelas sepuluh hal itu juga yang membuatnya lebih mudah.
Yolla dan Sheffa pergi ke kelas terlebih dulu, mereka bilang membawa bekal sehingga tidak membeli makanan di kantin. Bulan duduk sendirian dan sedang menunggu Vira biasanya Vira sudah menunggunya di kantin, tapi kali ini dia tidak ada.
Bulan sibuk memainkan ponselnya dan menganggurkan makanan yang ia pesan baru saja. Dia terus menurus menghubungi Vira yang susah untuk dihubungi.
“Sendirian?” tanya Alief tiba-tiba berdiri di depan Bulan.
Bulan mengangkat kepalanya dan menatap Alief di depannya, sedikit terkejut sebab Alief tiba-tiba ada di depannya. Lalu dia menganggukkan kepalanya.
“Bulan... sorry ya gue lupa ngerjain tugas sejarah. Jadi tadi gue ngerjain PR dulu,” sosor Vira dan langsung duduk di meja berhadapan dengan Bulan.
“Eh ada Kak Alief. Duduk aja sini Kak!” ajak Vira pada Alief. Dia pun duduk bersampingan dengan Vira dan Vira menggeserkan badannya untuk memberikan ruang untuk Alief duduk.
Mereka asyik dengan makanannya sendiri. Tidak ada dialog apapun dari mereka. Bulan dan Alief seperti banyak kata yang ingin di ucapkan tapi mereka sama-sama canggung sehingga memilih untuk diam membisu, begitu juga dengan Vira. Dia terdiam sebab memang tidak memiliki topik untuk dibicarakan.
“Alief, gue cariin dimana-mana taunya disini,” ucap Selena yang tiba-tiba menghampiri Alief.
“Gue mau balikin jaket yang lu pinjemin kemaren, makasih ya!” sambungnya dan menyodorkan paper bag yang berisikan jaket.
“Di dalamya ada cokelat dari italy. Kemaren bokap gue baru balik dari sana,” lanjut ucapnya.
“Sama-sama Selena. Makasih juga ya buat cokelatnya,” balas Alief menerima paper bag yang Selena berikan. Selena pergi meninggalkan Alief di kantin.
Suasananya semakin canggung, Bulan bertanya-tanya dalam hatinya ada hubungan apa antara Alief dan Selena. Ia sedikit khawatir, Selena adalah salah satu cewek yang menyukai Fajar secara terang-terangan dan Selena menganggap bahwa Bulan adalah musuhnya. Lalu jika Alief memiliki hubungan yang lebih dengan Selena, berarti Bulan harus menjaga jarak dengan Alief agar hubungan Bulan dengan Selena tidak semakin keruh.
Bulan terburu-buru menghabiskan makanannya. Vira dan Alief menatapnya heran. Usai makan Bulan cepat-cepat pamit untuk pergi ke kelas duluan.
“Aku duluan ya!” katanya.
Dia pergi membayar makanannya lalu berjalan menuju kelas. Vira terdiam sejenak, lalu dia menyusul Bulan dan meninggalkan Alief sendirian yang terlihat sedang kebingungan.
“Gue juga duluan ya Kak!” ucap Vira dan berlari mengejar Bulan.
“Bulan... tunggu!!” teriaknya.
“Elu cemburu sama Selena?” sambung ucapnya dan merangkul Bulan, napas Vira terengah-engah.