Pergi pagi dan pulang sore. Bagi anak-anak OSIS, sekolah adalah rumah kedua dan sesama anggota OSIS adalah keluarga kedua. Meskipun kadangkala anggota OSIS kerapkali diberi julukan yang kurang baik, misalnya; babu sekolah.
Huh!! Mereka tidak tahu saja bahwa menjadi babu sekolah itu sangat menyenangkan. Mengurus event, menambah relasi bisa jadi memperluas peluang karir di masa depan, belajar memimpin dan dipimpin, dan ada yang penting yaitu memenejemen ego yang tidak semua orang mampu, seta masih banyak keuntungan lainnya seyogyanya organisasi ini adalah tempat belajar yang memiliki seribu kemaslatan. Buat orang yang menyukai kesibukan boleh dicoba masuk OSIS.
Hari-hari Bulan semakin sibuk. Harinya selalu berdampingan dengan Alief, hal ini yang membuat Fajar murka. Andai ada satu kesalahan Alief tentu akan dia manfaatkan untuk menyingkirkannya dari samping Bulan. tapi, bagaimana mungkin Alief adalah salah satu siswa teladan di sekolah.
“Untung anak-anak OSIS kalian bisa segera persiapkan penyambutan peserta didik baru ya!” ujar ibu Rossa saat meeting bersama anak-anak OSIS.
Satu tahun. Tidak terasa sudah menginjak tahun pertama di SMA PelBa dua tahun lagi menuju gerbang kemenangan. Jika kemarin dia di MOS maka saat ini dia akan nge-MOS peserta didik baru.
***
Pagi-pagi buta Bulan sudah tiba di sekolah bersama Alief dan anggota OSIS yang lainnya. Mereka sudah siap untuk menyambut peserta didik baru.
Pada hari pertama. Alief sang ketua OSIS memberikan pengarahan kepada siswa baru terkait hal-hal yang harus mereka bawa besok.
“Adek-adek sekalian. Silakan dicatat untuk keperluan besok; memakai tas rajut, menggunakan topi toga, dan jangan lupa memakai name tag nama panggilan saja!” perintahnya.
Hari sudah siang. Alief membubarkan siswa baru untuk pulang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan hari besok.
***
Hari-hari sudah mereka lewati. Seminggu penuh nge-MOS siswa baru. Sebagai perpisahan di hari akhir seperti pada tahun-tahun lalu yang telah mentradisi di sekolah PelBa.
Siswa baru wajib membawa surat cinta untuk diberikan kepada salah satu anggota OSIS.
Saat itu Fajar sedang duduk di sudut lorong sekolah, tiba-tiba ramai berbondong-bondong siswa baru menghampiri Fajar.
“Kak, ini surat cinta dari saya,” ucap salah satunya dan menyodorkan sepucuk surat yang telah dihias bersama sebatang cokelat.
“Ini dari saya kak,” ujar yang lainnya.
“Ini juga dari saya kak,” membuat Fajar bingung.
“Oke. Kalian tenang dulu dan baris yang rapi!” perintah Fajar.
Semua siswa baru tersebut mematuhi apa yang diperintahkan oleh Fajar. Seketika mereka berbaris dengan rapi.
“Saya akan menerima surat yang kalian berikan dengan satu syarat. Kalian cari kak Laila Bulan Annira Idris. Setelah ketemu, kalian bilang. Kak Bulan boleh gak saya ngasih surat cinta ke pacar kakak,” perintahnya.
Semua siswa tersebut berbondong-bondong mencari Bulan. Mereka bertanya keberadaan Bulan pada setiap ada anggota OSIS yang lain. Saat mereka bertemu dengan Alief mereka bertanya padanya, dan Alief memberitahu mereka jika Bulan sedang berada di ruang OSIS.
Semua berlari menuju ruang OSIS. Alief sedikit kebingungan tidak biasanya siswa perempuan mencari kakak kelas perempuan. Sebab, biasanya siswa laki-laki mencari kakak kelas perempuan dan siswa perempuan mencari kakak kelas laki-laki. Tapi Alief tak menghiraukannya.
Di ruang OSIS. Bulan sedang sibuk dengan laptopnya banyak data yang harus dia perbaiki, tiba-tiba dari jendela terdengar gaduh mendengar namanya di sebut-sebut. Bulan melihat kearah jendela begitu beramai-ramai siswa baru mendatanginya.
Dia bangkit dari duduknya lalu menghampiri mereka, “Ada apa?” tanyanya penasaran.
“Kak Bulan. Boleh gak aku ngasih surat cinta buat pacar kakak,” ucap mereka yang semakin bising.
“Pacar?” tanya Bulan kebingungan,
“Iya kak, Kak Muhammad Fajar Al-hafidz atau Kak Jeck,” timpal mereka.