Genap satu tahun dia berjuang. Segala hal telah dia lakukan untuk mendapatkan hati Bulan. Namun, tidak ada satu pun dari usahanya yang berhasil. Meskipun, kadangkala ada waktu dimana Fajar diterima baik kehadirannya. Akan tetapi, Fajar merasa tidak puas akan hal itu. sebelum hati dan raganya dia miliki mungkin dia tidak akan pernah berhenti untuk berjuang.
Sementara itu, Fajar bukanlah tipikal lelaki yang memaksa perasaan wanita. Jika wanita tersebut tidak menyukainya maka dia akan pergi mencari wanita yang bisa menyukainya kembali. Itu dulu saat dia belum bertemu dengan Bulan.
Dari awal pertemuannya dengan Bulan sampai saat ini tidak sedetik pun dia melirik wanita lain. Bahkan dirinya sendiri pun tidak mengerti mengapa seperti itu. Apalagi kawan-kawannya sempat tidak percaya dengan perubahan Fajar yang begitu cepat.
Entah pesona apa yang Bulan miliki sehingga membuat seorang Fajar rela melakukan apapun demi memilikinya. Setiap hari, dalam lamunannya, tidurnya hanya wajah Bulan yang melayang-layang dibayangannya. Hal ini, memang sangat menyiksanya. Iya, menyiksa namun candu.
Seorang ulama berkata; “Bagian dari bencana itu ketika engkau mencintai, sementara orang yang kau cintai tidak mencintaimu.” (Imam Syafi’i). Hal ini yang tengah dia rasakan, merasakan sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan.
Seperti malam ini. Dia berada di basecamp bersama kawan-kawannya, suasana malam itu terlihat ramai diiringi suara musik jazz yang membuat suasana lebih hangat. meskipun begitu, hati dia tetap merasa sepi.
Dia duduk di sofa, sesekali menghisap rokoknya. Tetapi, tatapnya begitu kosong. Nendra mengasongkan sebotol minuman padanya, tanpa dia sadari bahwa malam ini dia telah banyak menghabiskan bir. Yang membuatnya berbicara sedikit melantur.
Dari dulu dia memang selalu tidak pernah konsisten. Saat Vira menyarankan dia untuk bersikap lebih baik di sekolah, hanya bertahan beberapa hari saja saat dia merasa Bulan tidak tertarik padanya, malah kembali seperti semula, sering terlambat, berpakaian tidak rapi, merokok di sekolah.
Padahal, mungkin saja jika dia konsisten dengan perubahannya menjadi baik bisa jadi Bulan akan jatuh hati padanya. Tetapi tidak, memang jika segala sesuatu yang dilakukan hanya karena pengharapan kepada makhluk maka akan berakhir dengan kecewa. Untuk itu melakukan apapun itu selama kebaikan maka niatkanlah untuk sang pencipta bukan untuk ciptaan-Nya.
Biasanya pada malam minggu, dia menginap di basecamp bersama kawan-kawannya. Walaupun sebagian dari mereka pergi bersama kekasihnya yang membuat keadaan basecamp tidak seramai pada malam biasanya.
Meskipun begitu, Fajar melarang siapapun untuk membawa pacarnya ke basecamp, katanya dia tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak senonoh di basecamp.
Sekitar pukul tiga dini hari. Dia bersama kawan-kawannya masih saja mabuk. Sebagian temannya berdatangan sehabis kencan dengan kekasihnya lalu ikut menimbrung.
Saat adzan subuh berkumandang. Mereka malah lelap tertidur tidak ada satu pun yang mendengar lanutanan adzan tersebut.
“Jeck, Dil, Dre, bangun, bangun, woy bangun lu pada!!” Nendra membangunkan kawan-kawannya yang tertidur pulas. Fajar membuka mata lalu menggesek-geseknya.
“Jam berapa?” tanyanya setengah sadar.
“Jam tiga sore,” jawabnya.