Percaya tidak percaya bahwa hidayah itu di jemput bukan ditunggu bahwa pernyataan itu sangat benar sekali. Meskipun, mungkin ada orang yang mendapatkan sebuah hidayah dari hal-hal yang tak terduga. Semua adalah rahasia Allah.
Satu hal, jangan pernah menghakimi seorang pendosa karena dibalik itu tidak ada yang tahu, mungkin dia memiliki rahasia dengan Allah yang tidak ada satu pun makhluk yang tahu.
Mungkin, ketika menyaksikan orang lain yang sedang maksiat hal yang harus dilakukan adalah berdoa untuk dia agar mendapatkan hidayah agar meninggalkan maksiatnya dan berdoa untuk diri sendiri agar tidak terjerumus pada maksiat tersebut.
Di sepanjang solatnya, Bulan selalu berdoa agar orang-orang terdekatnya mendapatkan kasih sayang dari sang maha kasih. Dan hari ini dia mendapatkan sebuah jawaban dari doa-doa yang selalu dipanjatkannya diam-diam.
“Bulan, dulu lu pernah bilang ke gue kalo seorang anak melakukan dosa maka dosa itu membuat orang tuanya di siksa. Dengan gua pacaran apa ibu gue di siksa di alam kubur sana?” tanya Vira dengan mata berkaca-kaca.
“Jadi, ibu kamu...?” tanya Bulan ragu-ragu.
“Iya, ibu gue meninggal saat ngelahirin gue. Bahkan gue gak pernah melihat wajahnya secara langsung,” ceritanya.
“Gue lahir sebulan setelah Jeck lahir. Karena ibu gue meninggal. Terus gue di berikan ASI dari bundanya Fajar,” sambungnya lalu meneteskan air matanya.
“Gue sayang ibu gue. Dan gue sudah mutusin Andre seminggu lalu. Jujur gue sakit, selama ini Andre adalah orang yang selalu ada, suport system gue, sumber kebahagiaan gue. Tapi, setelah gue pikir-pikir rasanya ini tidak adil. Masa iya gue disini tertawa terbahak-bahak sedangkan ibu gue disiksa di alam sana,” lanjut ceritanya.
“Aku bangga sama kamu Vir, aku siap kok jadi pengganti Andre jadi suport system kamu,” ucap Bulan memeluk Vira.
***
Pagi itu. Siswa SMA PelBa sedang melaksanakan ujian tengah semester. Suasana pagi itu terasa hangat oleh pancaran mentari pagi, burung-burung saling berkicau ikut menyambut datangnya mentari. Satu persatu siswa berdatangan hingga menyebabkan sekolah semakin ramai.
Meskipun sudah menginjak usia remaja, anak SMA PelBa masih saja bermain-main layaknya anak SD. Tidak dipungkiri, dari mereka ada saja yang main kejar-kejaran di tengah lapangan yang membuat sekolah semakin ramai.
Saat bel sekolah telah berbunyi. Semua anak SMA PelBa masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Hal itu yang membuat lapangan dan lorong sekolah seketika sepi dan hening. Hanya, ada beberapa siswa yang terlambat.
Meskipun tahu bahwa terlambat sekolah memiliki hukuman yang cukup berat akan tetapi, tidak ada hari tanpa siswa terlambat.
Pagi itu Mawar terlambat sekolah. Dia mencoba merayu satpam yang berjaga di gerbang sekolah. Biasanya memang begitu jika terlambat lebih dari lima belas menit satpam tidak berani membuka gerbang sekolah.
Tapi, Mawar adalah seorang yang cerdik dan licik. Dia beralasan sedang sakit yang membuatnya terlambat masuk sekolah. Sebelumnya dia telah mengenakan jaket yang membuat satpam sedikit percaya dengan alasan yang dia berikan.
Setelah satpam membukakan gerbangnya. Mawar berlari kecil tapi terburu-buru menuju kelas. Sebab, hari ini ada ulangan matematika.
“Mampusss!! Yang jaga guru killer!” gumam Mawar menepuk jidatnya.
Dia hanya sedikit mengintip dari jendela. Lalu berdiri di balik pintu, dia menarik napas lalu membuangnya. Dan dia memberanikan diri untuk masuk kelas dengan membuka pintu penuh hati-hati.
“Udah tahu kan ulangan? Pake telat segala,” cetus guru pengawas.
“I-iya Maaf bu, sedang kurang enak badan,” ucap Mawar.
“Buka dulu jaketnya!” perintahnya.
“T-tapi saya sedang sakit buk,”
“Tahu kan aturan sekolah ini? Kalo sakit yah jangan ke sekolah! Cepetan Buka!”
Mawar melepaskan tas ranselnya, perlahan dia membuka jaketnya raut wajahnya begitu penuh dengan ketakutan. Setelah Mawar membuka jaketnya semua kawan-kawan yang berada di kelas itu sangat terkejut termasuk guru yang sedang mengawas.
“Mawar kamu.......” bentak guru tersebut sangat terkejut.
Mawar menundukkan wajahnya, dia tidak berani menatap wajah guru itu ataupun menatap teman-temannya. Wajahnya seketika memerah sebab menanggung malu.
“Kalian lanjutkan ujiannya!” perintahnya.
“Kamu ikut ibu sekarang!” guru tersebut menarik tangan Mawar menuju ruang BK. Mawar tetap pasrah dan tidak berani untuk mengangkat wajahnya. Ketika tiba di ruang BK. Ibu Rossa sangat terkejut dengan keadaan Mawar.
“Sudah berapa bulan?” tanya bu Rossa.
“6 bu,” jawabnya pelan.
“Siapa ayahnya?”
Mawar diam membisu dia masih menunduk kedua tangannya memainkan ujung baju sekolahnya.
“Gak perlu takut, jujur sama ibu!”
“Jeck bu,”
Ibu Rossa seketika terdiam. Tidak menyangka jika pelakunya adalah Fajar, lalu dia memanggil Fajar untuk segera datang ke ruang BK.