AIBEK GRY

Syami Ayyabi
Chapter #39

Luka

Tiga tahun sudah. Hari ini adalah hari ini dimana Bulan menuju gerbang kelulusan.

Dia merayakan kelulusannya. Namun, tidak ada coret-coret baju bagi Bulan. Lain dengan siswa-siswa yang lain merayakan kelulusannya dengan hal seperti itu.

***

Hari ini, di gedung sekolah. Semua anak-anak kelas dua belas yang telah lulus sedang mengadakan acara kelulusan bersama sekolah. Yang mana semua siswa perempuan memakai kebaya dan siswa laki-laki memakai jas.

Kehadiran Bulan, di sekolah SMA PelBa selama tiga tahun tidak lah sia-sia. Karena buktinya kini telah banyak siswa perempuan yang mengenakan hijab di mulai dari kelas sepuluh dan kelas sebelas. Yang awalnya hanya dia seorang diri kini dia memiliki banyak teman. Hal itu, tentu sangatlah membuat dia bahagia.

Satu-persatu siswa itu dipanggil untuk diberikan sebuah piagam sebuah tanda bahwa mereka telah menyelesaikan pendidikan di SMA PelBa sampai lulus. Rangkaian acara berjalan dengan lancar.

Saat pembawa acara ingin menutup acara tiba-tiba Fajar naik ke atas panggung dan meminta mikrofon yang sedang dipegang oleh pembawa acara.

“Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada teman-teman yang telah lulus dari SMA PelBa, selamat berjuang untuk masa depan. Semoga kalian diterima di kampus impian kalian,” ucap Fajar, lalu semua peserta serentak mengaminkannya.

“Di hari yang bahagia ini. Saya Muhammad Fajar Al-hafidz ingin berbagi kebahagiaan kepada kalian. Laila Bulan Annira Idris, bersediakah kamu menikah denganku?” sambung ucapnya.

Seketika ruangan itu terdengar riuh bersorak. Dan semua orang yang berada di dalam gedung tersebut spontan menatap Bulan.

“Terima, terima, terima!!” teriak sebagian orang yang berada disana.

Fajar masih berdiri di atas panggung menatap Bulan dari kejauhan. Sedang Bulan merasa risih dengan teriakan orang-orang disekitar. Bulan melirik kiri, kanan, belakang dan depan semua orang fokus pada dirinya.

Bulan merasa bimbang. Apa yang harus dia katakan pada Fajar, disisi lain dia merasa kesal dengannya sebab dengan dia melakukan itu secara tidak sadar membuatnya begitu malu. 

Bulan berlari keluar dari gedung tersebut tanpa memberikan sepatah kata pun. Seketika para penonton kecewa dengan perginya Bulan.

“Lanjutin aja acaranya!” perintah Fajar pada pembawa acara dan memberikan mikrofonnya kembali. Sedang dia berlari mengejar Bulan.

Langkah Bulan terhenti di ujung lorong sekolah. Napasnya terengah-engah. Hatinya tetap menggerutu sebab kesal dengan Fajar. Tanpa dia sadari bahwa Fajar sudah berdiri di dekatnya.

“Kenapa pergi tanpa jawaban?” tanyanya.

Bulan terkejut dan membalikkan badannya, rupanya Fajar berdiri di belakangnya. Bulan sangat gelagap entah harus berkata apa.

“A-aku minta maaf Fajar!” ucap Bulan gugup.

“Tapi, kenapa Bulan?”

“Sebenarnya, sudah ada laki-laki yang mengajak aku menikah. Jauh sebelum kamu,”

“Terus kenapa kamu terima Bulan? Siapa orangnya? Apa dia mencintaimu jauh sebelum aku mencintaimu?” mata Fajar berkaca-kaca.

“Kapan kalian nikah?” lanjut tanyanya dengan nada yang sangat lemas.

“Setelah aku lulus SMA,”

“Tolong ajarin aku caranya membenci kamu!” pinta Fajar.

Lihat selengkapnya