AIBEK GRY

Syami Ayyabi
Chapter #41

Hukuman

Dua bulan sudah berlalu Bulan hidup di pesantren. hari-hari yang dia lewati biasa saja. Tidak begitu banyak yang istimewa di tempat barunya. Tidak ada hal unik yang perlu dikisahkan.

Hanya saja, dua bulan. Waktu sangat cukup untuknya melupakan Fajar dan Alief, hingga saat ini dia bisa belajar dan menuntut ilmu dengan tenang. Tanpa perlu banyak gangguan sebagaimana yang dia alami sewaktu masih duduk di bangku SMA.

Kini dia hanya fokus pada hapalannya yang sempat tidak dia jaga dulu. Hari-harinya dia habiskan dengan mushaf Al-qur’annya.

Di lain waktu dia fokus dengan kuliahnya. Kuliah di sambi dengan pesantren memanglah tidak mudah. Namun, tidak juga sulit.

Saat Bulan sedang mengaji di masjid. Terdengar suara sangat heboh dari kejauhan. Tapi, dia tidak tertarik untuk mengetahuinya meskipun dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Tiba-tiba ada dua santri putri yang masuk ke dalam masjid untuk menaruh sesuatu lalu pergi kembali. Saat santri tersebut keluar pintu masjid. Bulan memanggilnya.

“Itu ada apa yang sedang rame?” tanya Bulan.

“Oh itu. Katanya ada santri baru yang ganteng gitu. Makanya heboh banget mereka,” jawabnya.

Astagfirullah,” lirih Bulan.

“Dasar wanita liat yang ganteng dikit aja heboh,” gumamnya dan melanjutkan murojaah hapalannya.

Setelah melaksanakan salat zuhur, Bulan kembali ke asrama, melewati sebuah parkiran yang berhadapan dengan pos satpam. Bulan berjalan dengan menundukan pandangannya.

Tiba-tiba dari belakang ada suara wanita yang memanggilnya. Sangat tidak asing, dia bergegas melirik ke arah yang memanggilnya.

“Tante,” ucapnya sedikit terkejut. Dia segera menghampiri dan memeluknya.

“Bulan!” panggil seseorang dari belakangnya.

“Fajar,” jawabnya.

“Ngapain disini?” lanjut tanyanya.

“Ini kan pesantren. Buat apalagi kalo bukan buat mondok disini,” jawabnya.  

“Jadi, kamu yang bikin heboh santri putri tadi?”

“Kamu kan tahu keberadaan aku selalu bikin heboh para wanita,” jawabnya tertawa kecil.

“Vira gak ikut?”                               

“Dia kuliah di Australi,”

Bulan mengantarkan bundanya Fajar ke tempat istirahatnya, sebab perjalanan yang jauh pasti membuatnya sangat lelah. Sedangkan Fajar pergi ke tempat asrama putra dengan diantar oleh pengurus pondok laki-laki.

Setelah lama tak bertemu Bulan dan bundanya Fajar begitu banyak berbincang. Bundanya juga menitipkan putranya pada Bulan untuk membimbingnya menjadi lebih baik. Berkat Bulan Fajar ingin belajar di sebuah pesantren. Ini adalah kabar baik untuk keluarganya terutama bundanya. Rasanya, ini adalah sebuah keajaiban dunia.

***

Kurang lebih dua minggu, dia masih dalam tahap adaptasi. Fajar sangat terkejut dengan kehidupan di pesantren yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Bahkan dia kerapkali mengganggu Bulan sebagaimana yang dia lakukan saat masih duduk dibangku SMA.

Satu dua kali mungkin dimaafkan dan diwarjakan sebab dia masih baru dan belum terlalu paham dengan peraturan pesantren. Tetapi, jika dia terus menerus melakukan kesalahan yang sama maka hukuman berlaku untuknya.

Lihat selengkapnya