Setelah tiga bulan. Hukuman itu telah berakhir. Bulan, kini bisa menghirup udara segar kembali setelah berbulan-bulan di kurung di ruangan yang tidak terlalu luas. Hari ini dia kembali ke kampus.
Setelah selesai kelas. Bulan di panggil oleh salah satu ustadzah untuk datang ke ruangan pak kyai. Lalu dia bersegera mendatangi panggilan tersebut.
“Papah, Bunda?!” panggil Bulan lalu memeluknya bergantian.
“Duduk nak!” pinta papahnya.
Lalu dia duduk di antara bunda dan papahnya.
“Ada hal yang ingin kami bicarakan,” ucap papahnya.
“Kabar kamu tentang surat menyurat dengan salah satu santri disini sudah papah dengar. Oleh karena itu, khawatir menyebabkan fitnah. Maka papah dan bunda berniat untuk menikahkan kamu,” jelasnya.
Bulan sangat terkejut mendengar ucapan papahnya. Tapi, dia sedikit berharap jika dia menikah dengan Fajar. Tatapnya penuh harap.
“Papah berniat menjodohkan kamu dengan putra dari pak kyai,” sambung ucapnya.
Seketika raut wajah Bulan berubah, sangat kecewa mendengar perkataan papahnya.
“Tapi, kenapa harus dia pah?” tanya Bulan berkaca-kaca.
“Kamu harap papah merestui kamu menikah dengan pemabuk dan mantan napi yang telah mengkonsumi narkoba?”
“Itu fitnah pah, dia bukan napi dia juga gak narkoba,”
“Bela aja terus!” ucap papahnya kesal.
“Pak kyai, boleh kami bertemu dengan putra pak kyai untuk dikenalkan kepada putri kami!” pinta papahnya.
Lalu pak kyai memerintahkan salah satu santrinya untuk memanggilkan putranya.
“Papah kenal betul putra pak kyai dia sangat sholeh, alim dan beradab. Dia sangat cocok untuk menjadi imam kamu,” ucap papahnya.
“Assalamualaikum,” salam putra pak kyai.
Semua serentak bersamaan menjawab salam darinya, kecuali Bulan dia tidak menjawabnya. Lalu dia duduk di samping ayahnya.
Dia menatap Bulan tajam, tak berkedip sedikit pun. Bulan merasa risih dengan tatapannya. Hal ini, membuat dia sangat tidak menyukainya.
“Perkenalkan saya El-valdhan Gaitsur Akbar, biasa dipanggil El,” kenalnya pada Bulan dan keluarganya.
“Aku sama sekali gak mau tahu,” ucap Bulan dalam hatinya. Dia hanya bisa menatap El dengan sinis.
“Bulan, hari ini kamu bisa kenalan dengan El, silakan ditanyakan jika ada yang mau kamu tanyakan! Nanti malam kamu pulang untuk menyiapkan pernikahan kalian selama dua bulan ke depan,”
“Ta-tapi pah, kenapa secepat ini? Bulan saja belum tentu cocok sama dia,”