Hari ini adalah hari yang paling menakutkan bagi Bulan. Pernikahannya dengan El adalah hal yang tidak pernah dia sangka selama hidupnya. Jika jodohnya adalah dia.
Suasana rumahnya begitu ramai. Semua orang bersiap-siap menuju akad pernikahannya. Orang-orang berlalu lalang di rumahnya.
Masing-masing dari mereka memiliki pekerjaan yang berbeda-beda sesuai dengan arahan dari panitia acara.
Bulan duduk di bangku riasnya. Dia mengikuti alur sang perias. Sesekali dia menatap wajahnya pada cermin yang terletak persis di depannya.
“Sebentar lagi aku bakal jadi istri dari seorang El-valdhan. Selamat tinggal Fajar, kamu berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku,” gumamnya.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Fajar, bahkan Bulan belum memberitahukan Fajar bahwa dia akan menikah. Dia begitu khawatir bagaimana keadaannya jika mendengar kabarnya akan menikah. Akankah kejadian dulu terulang kembali, pikirnya.
“Bulan, akad akan segera di mulai,” ucap bundanya.
Akad dilaksanakan di masjid dekat rumahnya. Sedangkan Bulan sang pengantin wanita menunggu di kamarnya. Jika telah selesai akad barulah dia keluar mendatangi suaminya.
Prosesi akad nikah disambungkan ke speaker yang membuat suaranya terdengar jelas ke kamar Bulan.
Saat terdengar suara papahnya menikahkan dirinya dengan El. Bulan menutup matanya dan memasrahkan semua urusannya kepada Allah. Jika memang El adalah jodohnya maka dia meminta kehidupan yang sakinah dalam pernikahannya.
“Saya terima nikah dan kawinnya Laila Bulan Annira Idris Binti Muhammad Idris dengan mas kawin tersebut tunia!”
“Gimana para saksi sah?” tanya seorang penghulu.