AIBEK GRY

Syami Ayyabi
Chapter #44

Berdebar-debar

Setelah tiga tahun lamanya Bulan menimba ilmu di Yordania. Akhirnya, dia lulus menjadi mahasiswa lulusan terbaik.

Dan dia adalah salah satu mahasiswa yang mampu menempuh pendidikan S1-nya dengan waktu yang lumayan singkat yaitu tiga tahun.

Hari ini, Bulan kembali ke tanah air. Dia di jemput oleh keluarganya di bandara. Termasuk kak Bintang dan istrinya yang telah memiliki dua putri. Bulan memeluk keponakannya untuk pertama kalinya berjumpa.

Ia memeluk satu persatu keluarganya. Adiknya, Pelangi kini telah tumbuh dewasa, kini dia sudah berada di bangku SMA. Bulan berjanji pada adiknya untuk selalu menjaganya. Sebab, dia telah merasakan bagaimana lika-liku perjalanannya selama masa putih abu.

***

Satu bulan sudah. Kepulangannya di Indonesia, dia mulai bosan dengan kehidupannya yang tidak begitu memiliki aktivitas rutin sebagaimana saat dia kuliah di Yordania.

Papahnya, telah menawarinya untuk mengajar di pesantren miliknya. Tapi, entah apa yang membuat Bulan malas untuk memulai.

Bulan memang dari keluarga agamis dari pihak papah ataupun bundanya. hingga, dari keduanya mendapatkan warisan pondok pesantren. Kini, papahnya telah mempunyai kurang lebih delapan pesantren.

Yang mana satu pesantren telah di serahkan kepada anak pertamanya kak Bintang. Begitu juga Bulan, papahnya telah menyiapkan satu pesantren untuk putri keduanya dan tentunya putri bungsu juga tidak terlewatkan.

Bulan sedang duduk di meja belajar, di kamarnya. Banyak koleksi bukunya yang telah berdebu. Dia menemukan buku favoritnya, Ibnu Batutah. Lalu teringat akan suatu hal, tentang cita-citanya dahulu kala.

Bulan mengambil buku tersebut dan di simpan di sebuah kardus, lalu disimpannya kadus tersebut di sebuah lemari bagian bawah. Dia mengubur dalam cita-citanya. Bahkan, sampai saat ini hatinya masih terasa kosong.

Alief adalah laki-laki yang pernah dia angan-angankan untuk mewujudkan mimpinya mengelilingi dunia. Dan hal itu harus dia lupakan.

Lalu, dia mengambil ponselnya, dan memainkan sosial medianya. Berharap mendapat kabar dari teman lamanya. Namun, hampir semua telah hilang kontak begitu pula dengan sosial medianya banyak yang menonaktifkannya.

Begitu juga Bulan, selama tiga tahun. Dia menghilang dari dunia maya. Pantas saja jika teman-teman lamanya sulit untuk di hubungi kembali.

Di beranda sosial medianya dia mendapati sebuah poster kajian di Islamic Center. Dia berpikir, sudah lama tak berkunjung kesana.

Lalu melihat tanggal dan jam kajian tersebut. Besok, ujarnya. Lalu dia kembali melanjutkan memainkan sosial medianya.

***

Pagi itu Bulan pergi ke Islamic Center untuk bermajelis ilmu. Dia datang lebih awal untuk mendapatkan tempat yang utama.

Setibanya disana, dia begitu tergemap. Sebab, tempatnya sangat jauh berbeda dari tiga tahun silam.

Dia memasuki salah satu masjid disana. Meskipun dia datang lebih awal ternyata jamaah lain banyak yang datang lebih awal darinya.

Bulan melihat sekeliling, berharap ada satu atau dua orang yang dia kenali disana. Namun, tidak ada satu pun yang dikenal. Dia duduk di tempat yang telah disediakan untuk jamaah perempuan.

Lihat selengkapnya