Jakarta, 07 Januari 2015
Semuanya gelap, seorang gadis SMP bertubuh mungil ketakutan dalam sebuah ruangan. Matanya tertutup kain, tangannya terikat tali. Dia terus berteriak meminta segera dibebaskan.
"Tolong lepasin! Nona mau pulang, jangan macem-macem atau Nona lapor ke Papa. Lepasin!"
Gelak tawa dari dua lelaki dewasa di dalam sana terdengar semakin nyaring. Dicengkramnya dagu Nona dengan kasar oleh lelaki jangkung bertato. "Diem! Nggak ada yang bisa nolongin lo gadis manis."
"Sekarang kita apain nih bocah bos?" tanya lelaki yang lainnya. "Kayaknya seru main-main sama dia sebentar sebelum kita jual. Tubuhnya kecil tapi sexy."
"Bener juga lu, Ndro. Sikat bentarlah ya?" Lelaki yang di panggil itu mengangguk girang.
"Jangan! Lepasin Nona. Pa, Ma, tolong!"
Dua lelaki itu semakin menjadi, bukannya mundur mereka malah semakin mendekat. Melepaskan kain penutup mata dengan gerakan cepat.
"Selamat menikmati permainan ini gadis kecil."
Air mata Nona masih deras membasahi pipinya. Sungguh sangat biadab dua orang laki-laki ini. Sebuah pisau mengkilat tajam dihadapkan pada wajah cantik Nona. Bergerak sedikit saja pisau itu bisa melukai pipinya.
"Mau apa kalian?"
Srett!
Rok biru Nona sobek. Seketika Nona menjerit, semakin ketakutan. Antara hidup dan mati. Jika kedua laki-laki ini berani menyentuhnya. Nona lebih baik mati saja. Tapi harapan bahwa dia akan selamat itu masih ada. Dalam hati, Nona selalu berdoa. Akan ada keajaiban sehingga dia bisa keluar dari tempat sialan itu.
Kancing bajunya dibuka satu per satu. Tubuhnya semakin tidak mau diam. Kedua laki-laki itu tertawa lagi.
"Tolong ...!"
"Diem!"