Terik mentari membakar kulit seorang pria yang tengah melangkah menuju ke sebuah kafe. Mengenakan jas berwarna putih dengan kacamata yang menggantung di sakunya. Bola mata pria itu berwarna biru, tergambar begitu memesona bersama kulit berwarna sawo matang. Terpampang dengan jelas nama pria itu pada kartu tanda pengenal yang dikalungkan. Profesor Harry Gunawan.
Sosok peneliti terkemuka di Surabaya (untuk saat ini). Riset yang pernah ditulis olehnya adalah persoalan ESP (Extra Sensory Perception) yang menjadi bagian dari kemampuan khusus manusia-manusia tertentu. Meski telah ditulis, penelitian itu masih berlanjut dengan mendapat biaya dari Pemerintahan Kota. Keberadaannya yang rahasia membuat tak satu pun orang tahu mengenai eksperimen itu.
Langkah Harry terhenti tepat di depan sebuah kafe. Memandang kafe itu sejenak, Kurasa ini tempat yang cocok. Ia mendorong pintu, lonceng berbunyi menjadi penyambutan Harry. Bagian dalam kafe tertata dengan rapih dan sejajar. Masing-masing ada yang terdiri dari dua kursi atau lebih. Harry memilih lokasi yang dekat dengan jendela. Seorang pelayan datang, meletakkan menu di atas meja.
“Selamat datang di kafe Estetik.” Pelayan itu mengeluarkan sebuah catatan. “Ada yang ingin anda pesan?”
“Kopi hitam satu, gulanya tolong dipisah ya,” ucap Harry pada sang pelayan.
“Baiklah, ada lagi.”
“Sudah cukup.”
Pelayan itu meninggalkan menu di atas meja, berbalik segera mengirim menu ke barista untuk menyiapkan kopi hitam.
Lonceng pintu kafe berbunyi, seorang remaja memasuki kafe itu mengenakan seragam berwarna putih dan abu-abu. Rambutnya berantakan seolah tak terawat atau memang sedang tren? Entahlah. Lelaki remaja itu duduk di hadapan Harry.
“Bagaimana perkembangannya?” Harry memulai percakapan.
“Di sekolah yang aku singgahi tidak ada satu pun seseorang yang memiliki kemampuan elektro.”
“Sulit juga rupanya.” Kedua tangan Harry terangkat di atas meja, mempertemukan keduanya dan meraketkannya. “Elektrokinesis menjadi satu-satunya kemampuan yang langka dimiliki oleh orang-orang.”
“Tapi kenapa harus elektrokinesis?”
“Untuk riset Hikaru, sejauh ini hanya beberapa saja, seperti pyrokinesis atau yang paling sering adalah membaca dan melihat makhluk astral.”
Hikaru tersenyum tipis. “Tapi bukannya kedua itu berbeda?”
Harry mengangguk. “Tepat sekali, kamu belajar dengan cepat. Ada dua hal yang membedakannya. ESP tingkatan satu dan turunan. Tingkatan satu seharusnya kamu tahu, cenayang, prekognisi, retrognisi, telepati, dan psikometri. Sedangkan turunan di luar itu, walau sebenarnya masih menjadi pengembangan dari telepati paling dominan.”