Hari keempat setelah dokter itu pergi. Gadis kecil itu sedang berada di kamarnya. Sibuk dengan pensil dan kertas. Dia sedang belajar menulis. Tangannya kaku sekali.
Ibu Rea sedang berada di dapur. Sebenarnya, gadis kecil ingin membantu Ibu Rea. Tapi dia diminta untuk istirahat dan makan banyak sampai dokter itu memberikan berita baru. Badan gadis kecil kurus sekali, Ibu Rea tak suka melihatnya. Menurut Ibu Rea, anak kecil itu harus banyak makan! Badannya harus berisi, sehat.
Gadis kecil itu memang belum memiliki nama. Sampai dokter menyampaikan berita baru, gadis kecil itu hanya akan dirawat.
"Kamu selesai menulis kalimat?" Ibu Rea bertanya. Di tangannya ada kue-kue yang baru saja selesai dipanggang. Ibu Rea mengenakan celemek berwarna pink. Karena itu, semua noda yang ada di dapur terlihat jelas di celemek Ibu Rea.
"Ya, sudah. Setelah menulis, ajari aku berhitung, Bu," gadis kecil itu sudah menyodorkan kertas yang berisi tulisannya ke Ibu Rea. Gadis kecil belum bisa berjalan. Wajar jika gadis kecil meminta diajari berhitung setelah membaca. Dia bosan. Tidak ada mainan anak-anak. Di kamarnya hanya ada rak yang terisi penuh dengan buku. Dan gadis kecil ingin membaca buku untuk menghilangkan bosan.
"Baik. Tunggu aku sampai selesai memasak," Ibu Rea memilihkan buku di rak untuk gadis kecil, "baca ini dulu."
Buku itu tebal. Berat pula. Gadis kecil menerima buku itu dengan patuh. Dia meletakkan buku itu di kasur. Gadis kecil membaca judul buku terpatah-patah. "Se... Sejaraj... Sejarah! Ke... Kera... Kerajaan!"
Gadis kecil itu mengerinyit. Sejarah? Mengapa dia harus belajar sejarah?
Ibu Rea tersenyum. Kemampuan gadis kecil sangat bagus. Baru hari ini dia diajarkan membaca dan menulis. Dan cepat sekali dia menguasainya. Maka Ibu Rea memberikan buku sejarah kerajaan. Menurutnya, buku sejarah itu seperti buku cerita.
Gadis kecil memakan kue yang diletakkan Ibu Rea di meja. Matanya tak lepas dari halaman pertama buku. Segera, gadis kecil itu menikmati bukunya. Hingga larut malam.
Ibu Rea berulang kali meminta gadis kecil itu untuk tidur. Tapi gadis kecil itu sangat keras kepala. Jadi Ibu Rea menyediakan banyak cemilan. Orang yang begadang itu perutnya tidak boleh kosong.
Sudah pagi buta, gadis kecil itu masih saja membaca. Dia tak merasa lelah. Malah merasa antusias karena buku sejarah ini benar-benar seperti buku cerita. Hanya saja "based on true story."
Radolf membuka pintu kamar gadis kecil. Dia baru saja selesai dengan dokumen yang harus diurusnya. Sudah jam dua pagi. Di jam-jam seperti ini, suhu di rumah itu menjadi sangat dingin.
"Apa buku itu sangat menarik?" tanya Radolf memecah keheningan. Gadis kecil terkejut karena suara yang ada tiba-tiba.
"Ya. Aku bosan. Ibu Rea memberiku buku ini. Dan ternyata sangat bagus! Ibu Rea terbaik!" Gadis kecil menjawab pertanyaan dengan senang.
"Jika kamu benar-benar saya adopsi, apakah kamu akan senang?"
Gadis kecil mencerna kata-kata Radolf sebentar.
"Akan ada lebih banyak buku. Bahkan lebih dari ini."