AILEEN

Wulan
Chapter #3

#3

Aileen merasa hari ini sedikit aneh. Sudah sebulan sejak dia dinyatakan sebagai keluarga resmi Noberto. Jadi hari ini dia pergi ke pasar bersama Radolf. Untuk pertama kalinya. Karena Aileen sudah sembuh total. Dan sekarang Aileen sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung! Bagus sekali. Maka dari itu, Radolf mengajak Aileen pergi ke pasar. Dia ingin membelikan Aileen baju baru.

Jika di rumah, Aileen punya baju-baju lucu. Yang bergambar dinosaurus hijau adalah favorit Aileen. Tapi baju seperti itu tidak bisa dipakai Aileen untuk keluar. Radolf sendiri yang mengatakan bahwa baju itu tidak bisa dipakai keluar. Ibu Rea yang mendengar pernyataan itu setuju. Alasannya sederhana: Aileen sangat imut jika memakai baju rumahnya. Bercanda. Itu baju rumah. Baju santai. Wajar jika tidak Aileen pakai saat pergi jalan-jalan.

Aileen dan Radolf pergi saat pagi. Mereka memakai kereta kuda. Paham kan? Yang biasa dipakai orang dulu itu. Kereta yang ditarik dengan kuda. Yang menjadi kusir adalah tukang kebun. Ibu Rea? Dia tidak ingin keluar.

"Selain baju, apa saja yang akan kita beli, Ayah?" Aileen membuka pembicaraan. Setelah dari awal perjalanan hening. Radolf tidak mengatakan apapun dari awal keberangkatan.

"Kamu mau apa?"

Aileen diam sejenak. Dia berpikir. Ada kerutan di antara alisnya ketika Aileen berpikir. "Hmm...," gumam Aileen.

"Mungkin buku? Atau sebaiknya kita beli makanan? Apa ada makanan enak di sini, Ayah? Mari beli alat lukis juga!"

Aileen tersenyum gembira ketika akhirnya dia menemukan jawabannya. Aileen ingin melukis baru-baru ini. Karena Aileen melihat seseorang datang ke rumah Radolf dengan lukisan. Lukisan itu dipajang di ruang tengah. Sepertinya pesanan Radolf. Aileen tidak banyak bertanya lukisan apa itu. Karena lukisan itu hanya dibuka sebentar. Kemudian ditutup lagi dengan kain. Aileen mencuri lihat saat dia berada di ruang kerja Radolf.

Setelah Radolf menerima lukisan itu, dia langsung pergi. Perjalanan bisnis katanya. Yang tertunda seminggu karena Radolf harus mengurus keperluan Aileen terlebih dahulu. Dan hari ini adalah hari kedua Radolf di rumah setelah kembali dari perjalanan bisnisnya.

Di dalam kereta, mereka benar-benar hanya diam. Aileen tak tahu harus berbicara tentang apa di sepanjang perjalanan.

Aileen sudah mulai melihat keramaian pasar. Setelah menempuh perjalanan yang kemungkinan memakan waktu satu jam. Rumah Radolf memang jauh dari pusat kota.

Radolf dan Aileen turun dari kereta. Mereka turun di pinggir jalan. Kemudian Radolf berbicara dengan tukang kebun sebentar. Tukang kebun mengangguk paham, lantas dia pergi.

Aileen tidak mendengar percakapan mereka. Karena Aileen sibuk melihat sekelilingnya. Dia hanya melihat Radolf dan tukang kebun yang berbicara sesekali.

Pasar yang menyambut Aileen ini sangat rapi dan bersih! Sangat tertib. Seperti di rumah, tidak ada yang berantakan. Sangat memanjakan mata. Dan Aileen ingin memakan sesuatu. Ada penjual yang menjual makanan enak! Bentuknya mirip dengan takoyaki. Ada sausnya berwarna merah. Menggoda sekali. Aileen tidak tahu apa itu, tapi dia ingin mencobanya.

"Mau beli itu?" Radolf bertanya karena Aileen menatap kios penjual itu. Aileen menggeleng.

"Nanti saja, Ayah. Setelah selesai belanja baju dan buku."

Pasar tempat mereka berhenti rupanya memang pasar tradisional yang kaki lima. Mereka tidak punya toko. Barang di sini biasanya murah. Tapi kualitasnya standar saja.

Radolf membelikan Aileen makanan yang dia lihat tadi. Dibungkus. Dua porsi. Dan Aileen terlihat sangat senang. Mereka berdua berjalan menuju toko yang Radolf tuju. Tangan kiri Aileen menggenggam tangan Radolf. Tangan kanannya memegang bungkus makanan.

Setelah melewati taman, barulah Aileen melihat jejeran toko. Terlihat mahal barang-barang yang ada di dalam sana. Dan di wilayah ini, banyak kereta yang lewat. Keretanya sangat mewah! Berkilau dengan bongkahan batu. Aileen tidak tahu bahwa batu itu disebut batu berlian.

Aileen menghafal perjalanan mereka. Diam-diam memetakan jalan itu di kepalanya. Taman ini adalah wilayah netral. Pasar kaki lima untuk warga biasa. Dan wilayah mereka berada sekarang biasanya dipenuhi oleh orang penting. Kenapa? Karena mereka hanya mau membeli barang mahal. Gengsi nomor satu.

Radolf memasuki satu toko. Orang di dalam menyambutnya. Aileen mengangguk senang. Menyapa mereka dengan hangat. Orang itu membalas sapaan Aileen. Profesional.

"Di mana Scarlett? Apa dia ada?" Radolf bertanya pada salah satu orang di sana.

"Hai! Tanpa kamu bertanya, aku sudah ada langsung di sini, Radolf."

Orang bernama Scarlett muncul tiba-tiba. Kesan pertama Aileen terhadap orang ini adalah: sangat cantik! Scarlett berjalan menuju Radolf dan Aileen.

"Hei~ harusnya kamu memberitahu aku kalau kamu akan datang. Aku akan bersiap agar menjadi lebih cantik! Sehingga kamu akhirnya luluh padaku~"

Scarlett sering menggoda Radolf. Tapi mereka tidak banyak berkontak fisik. Hanya saja memang Scarlett melontarkan kalimat-kalimat seperti itu. Tidak ada yang tahu apakah Scarlett serius atau tidak dengan tindakannya itu. Tapi Radolf sering menganggap Scarlett angin lalu.

"Hai, Gadis Kecil. Kamu siapa? Ponakan bocah bau ini?"

Scarlett bertanya pada Aileen. Aileen hanya menahan tawa ketika Radolf ternyata dipanggil "bocah bau" oleh Scarlett.

"Anakku," jawab Radolf singkat.

Kegiatan di toko seketika berhenti. Mereka semua serempak memandang Radolf kaget. Kapan Radolf menikah? Kapan Radolf dekat dengan lawan jenis?!

Lihat selengkapnya