Ada kalanya, dunia tak sejalan dengan apa yang kita impikan. Terkadang, kau akan menjumpai berbagai persoalan, yang mana menuntunmu untuk berada di sisi yang lebih terang maupun sebaliknya.
Ketika hal itu terjadi padamu, apa yang akan kau pikirkan? Apa yang akan kau lakukan? Adakah yang akan berubah? Haruskah dunia ini diubah? Seseorang yang kukenal, mungkin akan berpikir seperti ini :
“Ya Tuhan! Apa yang sebenarnya telah menimpaku? Kenapa hidup begitu tidak adil? Andai saja semua itu tidak pernah terjadi. Andaikan semua ini tidak pernah ada, mungkin dunia akan menjadi tempat yang lebih baik.”
Namun tetap saja, tak ada yang akan berubah. Ada atau tidak adanya kita di sini, tak akan mampu mengubah tatanan kehidupan yang sudah diatur sedemikian rupa. Sebuah mekanisme hukum tak kasat mata yang mengendalikan hubungan sebab-akibat atas segala yang ada di semesta ini. Satu konsep penciptaan yang begitu kukagumi, begitulah aku menyebutnya “Tuhan”. Sedangkan kita?
Kita hanyalah salah satu bagian kecil dari ciptaan-Nya. Tak lebih dari sekadar titisan embun pagi, di antara belantara hutan yang luas. Tak lebih dari sekadar gelembung air, di antara derasnya ombak samudera. Atau bahkan setitik debu, di antara kumpulan bintang yang ada di semesta.
Sungguh, sebagai manusia kita bukanlah apa-apa. Namun, haruskah kita menerimanya begitu saja? Haruskah kita bangga menjadi yang seperti demikian? Persoalan seperti ini, tak ada yang lebih mengetahui jawabannya selain orang yang menanyakannya.