AIMER - Emergence of New Hero

Hazsef
Chapter #5

Takdir Hampa

Aku tak tahu apa yang menantiku esok hari, namun kemarin adalah hari paling membahagiakan dalam hidupku. Untuk sesaat, aku akhirnya bisa merasakan sedikit momen kebersamaan bersama keluarga. Terlepas dari hal-hal buruk yang menimpaku, ada banyak pula kenangan indah yang melekat. Karena itulah, tak peduli apa yang orang lain katakan, bagiku, dia tetaplah sosok seorang ayah yang selalu kuhormati.

Kemarin, aku mengunjungi ayahku. Dan besoknya lagi, aku pun kembali mengunjunginya bersama Paman Banin. Begitu seterusnya sampai pada hari kunjunganku yang ke-5, tempat kami biasa bertemu, dalam sel ayahku tentunya, akhirnya mulai berganti ke tempat yang lain. Itu adalah sebuah aula kecil yang biasa digunakan sebagai tempat kunjungan untuk umum.

Sejak saat itulah, tiap hari terasa sangat menyenangkan. Kami saling bercerita tentang banyak hal, mulai dari kehidupan di sekolah, hingga keseharianku di kediaman Paman Banin dan Bibi Lara. Meski kedekatan kami masih terkendala oleh jarak dan tembok kokoh dengan kawat berduri, namun suatu hari nanti, kami pasti akan hidup bersama kembali, tanpa ada lagi dinding pemisah di antara kami. Ada aku, ayah, nenek, paman dan bibi, tinggal bersama dalam satu rumah yang nyaman. Setidaknya, itulah yang aku pikirkan. Hingga hari itu pun datang.


[23 Juni 2023] Lapas X-1.0, Kabupaten Malren – 8:32 WIB

Tanggal 23 Juni 2023, matahari bersinar cerah. Pepohonan melambai pelan mengikuti terpaan angin pagi. Namun tiba-tiba, suara sirene yang diiringi dentuman lonceng dari atas menara keamanan, di penjara tempat ayahku berada, berbunyi dengan kencang, memecah suasana damai yang menyelimuti permukaan Bumi pada kala itu. Suaranya begitu nyaring, diperkuat dengan pengeras suara pula, membuat siapa pun pasti bisa mendengarnya.

Ya, dan benar saja! Sedetik kemudian, kerumunan penjaga yang berseragam serba hitam, menjadi kelabakan. Layaknya segerombolan lebah yang marah ketika rumahnya dihancurkan. Memang berbeda, namun tujuan mereka sama, yakni untuk mencari apa dan siapa dalang di balik penyebab kekacauan tersebut.

“Perhatian kepada seluruh unit penjaga, diharap untuk bersiaga! Tutup seluruh pintu keluar yang masih terbuka! Tahanan nomor 303 yang akan dieksekusi mati hari ini, sedang mencoba melarikan diri. Segera lapor jika ada yang melihatnya! Jangan sampai lolos!” demikian pengumuman yang dengan hebohnya disiarkan lewat ruangan berpetak, sekitar 4 x 6 meter luasnya, disiarkan ke segala penjuru di area Lapas X-1.0.

Sementara itu, di salah satu sudut lorong dengan banyak ruangan yang tak terlalu besar, sekitar 2 meter tingginya, tampak seseorang yang mencurigakan sedang berlari sambil sesekali menoleh ke arah belakang, seolah sedang dikejar oleh malaikat maut. Lalu dari arah persimpangan jalan yang terpaut belasan meter di belakangnya, hadirlah sesosok hitam misterius yang berlari mengejarnya.

Sosok hitam tersebut memiliki gigi-gigi tajam dari mulutnya yang terbuka lebar, dengan lidah yang menjulur diiringi air liurnya yang menetes keluar. Mendekat dengan cepat layaknya bayangan. Kuku-kuku tajam yang sesekali mencuat di antara kulit hitamnya yang berotot kuat, menimbulkan kesan garang yang seolah ingin mengoyak sesuatu. Dari tatapan matanya saja, terpancar jelas aura menusuk atas hasrat yang kuat untuk membunuh.

Tak peduli siapa pun itu, sudah pasti ia akan melakukan hal yang sama, berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri. Berada pada keadaan di mana adrenalin terpacu oleh rasa takut dan putus asa, pikiran dan emosi seseorang dapat jatuh ke titik di mana ia bisa menjadi tak terkendali dan cenderung irasional. Melakukan apa saja asalkan tujuannya tercapai, itulah arti keadilan baginya. Ideologi kecil nan sederhana, namun memiliki pengaruh yang cukup kuat, hingga dapat menjadi penentu terbesar dalam membentuk pribadi seseorang. Entah itu membuatnya berjalan menuju ke arah yang lebih baik, ataupun sebaliknya.

“BERHENTI!! OII ... JANGAN LARII!!” teriak seorang penjaga diikuti oleh rekan-rekannya, mengikuti makhluk hitam buas yang ternyata adalah sosok seekor anjing penjaga yang seolah sedang mengejar mangsa. Tampak buronan tersebut sangat panik dan kebingungan menghadapi situasi tersebut, layaknya seorang budak yang takut akan dicambuk tuannya.

“Jangan biarkan dia kabur!” tunjuk salah seorang petugas yang tampak tegang, dari penampilan dan suaranya yang lantang, tampaknya ialah pemegang komando dari satuan petugas lain yang juga ikut berlari mengikuti.

Lihat selengkapnya