AIMER - Emergence of New Hero

Hazsef
Chapter #7

Titik Balik

[8 Agustus 2016] Lapangan Gedung Rektorat, Universitas Malren – 6:12 WIB

Satu bulan telah berlalu semenjak kematian ayahku. Pada kesempatan lain, seperti yang telah kupersiapkan sebelumnya, aku pun melanjutkan studi ke salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota Malren. Tanpa tes, tanpa biaya tambahan, cukup hanya bermodalkan prestasi di sekolah, aku langsung diterima lewat jalur undangan di fakultas MIPA, tepatnya pada program studi yang membahas tentang ilmu alkimia.

Pasca 2 minggu setelah pengumuman, aku akhirnya masuk sebagai salah satu mahasiswa baru, atau yang lebih dikenal dengan istilah "maba". Upacara pembukaan penerimaan mahasiswa baru pun digelar dengan agenda tahunan yang dimulai dari pukul 6 pagi hingga selesai.

“Ini adalah momen yang krusial, di mana kalian akan mengalami pergantian masa studi dari SMA ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pertama-tama, perlu kalian pahami, bahwa tata cara dan sistem akademik yang diterapkan di bangku perkuliahan, tentunya akan sangat berbeda dengan yang ada di SMA." Terang sosok pria berkemeja putih tanpa dasi, lengkap dengan celana panjang dan sabuk hitam yang diikat kencang. Salah satu kancing baju paling atasnya tidak dikailkan, sedangkan kerah lengan panjangnya dilipat rapi sampai hampir mencapai siku. Memunculkan kesan yang disiplin, namun tetap santai dan stylish.

"Jika sebelumnya, kalian akan dimarahi ketika tidak mengerjakan tugas, dihukum ketika terlambat, atau bahkan diinterogasi ketika bolos sekolah, namun di sini, kalian akan dituntut untuk bersikap lebih dewasa. Jika 3 kali kedapatan alpha maka nama kalian akan dicoret. Lalu 3 kali tidak mengumpulkan tugas maka nilai kalian 0, alias tidak lulus mata kuliah. Sementara jika lebih dari 3 kali perpanjangan masa studi, maka siapkan mental saja untuk di DO.” Sambung pria stylish yang kebetulan mengisi sesi pidato pengantar pada acara kala itu.

Dialah Anva Conary, alias Pak Anva. Lewat kontribusinya yang luar biasa, tahun lalu ia ditunjuk sebagai Kaprodi Fakultas MIPA untuk beberapa tahun ke depan. Kali ini, ia berkesempatan untuk berdiri di hadapan para maba. Berpidato panjang lebar, memberikan kisi-kisi dan gambaran, akan seperti apa perjuangan calon anak didiknya di masa mendatang. Namun tampaknya, hal itu terkesan agak menegangkan. Terutama bagi mereka-mereka yang baru saja menghirup udara kebebasan, setelah baru saja lulus dari bangku SMA.

“Kalian lihat? Di sini, tak ada ruang kosong bagi anak yang pemalas, maupun yang kurang disiplin. Tapi, selama kalian mematuhi semua aturan yang ada, saya jamin, tempat ini akan menjadi wadah atas kenangan yang tak terlupakan buat kalian semua. Bagaimanapun, sekali lagi saya ucapkan selamat, karena kalian telah berhasil diterima di universitas ini. Saya Anva Conary, selamat pagi! Wassalamu’alaikum!” sambung Pak Anva menambahkan sedikit penjelasan yang diiringi kata-kata motivasi, sebelum akhirnya menutup pidato sambutannya pada pagi itu.


 [15 Agustus 2016] Bumi Perkemahan Barond, Hari Pertama – 8:42 WIB

Lalu, seminggu sesudahnya, kami pun melanjutkan agenda orientasi mahasiswa baru (ospek) di salah satu daerah perkemahan yang terletak di Kota Bain.

“Di masa orientasi kali ini, kalian akan digembleng untuk menjadi pribadi baru yang kuat dan tidak manja. Tegas dalam bertindak dan tanggap dalam merespons segala situasi tertentu. Sehingga, diharapkan nantinya kalian pulang dari sini bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab. Sampai di sini, kalian paham semuanya?” kata seorang senior yang jadi ketua pembina ospek maba pada angkatan tahun itu.

“Pahaamm ....” Jawab para maba tersebut dengan suara agak memelas dan terkesan kurang semangat, seperti halnya seorang pemalas yang baru bangun dari tidur pulasnya.

“Hah? Mana suaranya?!” tegas pembina ospek.

“Paham Kaak ....” Jawab para maba tersebut agak keras namun masih kurang bersemangat.

“LEBIH KERAAS!!” perintah pembina ospek dengan lebih lantang.

“PAHAAM KAAKK!!” jawab serentak seluruh maba tersebut dengan semangat 45.

Setelah itu, kami (para maba) pun langsung menjalani berbagai macam kegiatan, yang mana di antaranya cukup melelahkan. Mulai dari latihan fisik yang keras, dijemur di bawah panasnya terik matahari, hingga dibentak dengan keras tepat di depan muka kami. Meski tampak jahat, namun kurasa aku mulai bisa menikmatinya. Kecuali untuk yang satu ini.

Lihat selengkapnya