AIMER - Emergence of New Hero

Hazsef
Chapter #18

Sumpahku Padamu

[15 November 2025] Kantin Fakultas MIPA, Universitas Malren – 12:20 WIB

Wujud keramaian kota yang sibuk mulai tampak, menuntun setiap insan manusia agar kembali melanjutkan aktivitasnya di hari yang cerah, tepat setelah kompas waktu mulai membentuk sudut 120 derajat yang membentang dari arah utara ke timur. Sementara itu, ruang-ruang kosong yang kemeriahannya bak tempat pemakaman, kini mulai ramai dipadati oleh para calon generasi penerus bangsa.

Nah, di sanalah, Ayana berada, sedang berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat ke sekelilingnya. Wajahnya tampak bingung, seolah berusaha mencari sesuatu miliknya yang hilang. Tak lama kemudian, muncullah dua sosok gadis sebaya yang sedang bercanda ria, dengan santai berjalan menghampiri Ayana yang tingkahnya cukup menarik perhatian.

“Hai Aya ....” Sapa salah seorang dari dua gadis sebaya yang kini sudah berdiri tepat di hadapan Ayana. Namanya Diana Arumi, lebih akrab dipanggil "Diana" atau hanya "Ana". Rambutnya hitam panjang dengan bando polos merah muda, menghiasi parasnya yang cantik lagi tinggi semampai. Memancarkan aura keanggunan alami dari seorang gadis muda yang tak kalah cantik dari sosok seorang Ayana, hanya saja ia lebih kalem. Tak jarang, Diana kerap kali menjadi incaran para lelaki bujang yang sedang mencari cinta, setelah Ayana. Namun tak ada satu pun yang berhasil meminang hatinya.

“Kenapa Ay? Kok kamu keliatan kayak bingung gitu sih?” sahut sosok gadis lain yang sedari tadi bersama Diana, bermaksud menanyakan gelagat aneh Ayana yang mencurigakan. Sosoknya agak santai, paras cantiknya hampir menyamai Diana, hanya saja panjang rambutnya sampai sebatas bahu. Cara bicaranya lumayan berani dan blak-blakan, hingga terkesan agak tomboi. Dilihat dari diksi dan intonasi kalimatnya, sepertinya ia cukup akrab dengan Ayana. Semangat dan ceria terpancar di wajahnya. Ketika berkumpul bersama, siapa pun pasti akan berpikir jika mereka berdua adalah sahabat baik yang sudah lama berteman.

“Del, kamu lihat si Basel nggak?” tanya Ayana pada gadis di samping Diana, namanya Della Edenia. Secara umum, ia biasa dipanggil "Della". Namun bagi Ayana yang sudah sangat dekat dengannya, biasanya ia hanya memanggil dengan satu atau dua suku kata yang ada di awal namanya, yaitu “Del” atau “Ella”.

“Ah, nggak tuh Ay, kenapa? Kangen ya ditinggal Mas Basel tercayang?” goda Della sambil tersenyum. Tampak ia begitu tertarik dengan gelagat Ayana yang seketika berubah menjadi salah tingkah, akibat candaan kecilnya.

“Hah? E-enggak! Aku cuma penasaran aja!” elak Ayana beralasan, wajahnya mulai memerah, hingga membuat Della pun makin bersemangat. Di sisi lain, Diana pun mulai merasa tertarik, hingga akhirnya juga ikut-ikutan menggoda Ayana yang sedang menggambarkan isi hatinya secara tidak sadar. Tampak jelas dari ekspresi wajah gugupnya yang terkesan agak lucu, yang tentunya akan sayang sekali untuk dilewatkan.

“Ciee ... yang lagi jatuh cinta,” sindir Diana yang mulai ikut-ikutan menggoda Ayana.

“Iiih … apaan sih?!” kata Ayana yang mulai risih.

“Ciee ... ciee ....” Goda kembali Diana yang kali ini juga diikuti oleh Della, hingga membuat Ayana sampai kehabisan kata-kata, bersamaan dengan kesabarannya. Wajahnya kian memerah, entah karena malu atau amarah, atau mungkin keduanya.

Sedetik kemudian, Ayana pun mengambil sedikit sambal yang ada di meja makan di samping tempatnya berdiri, dengan masing-masing telunjuk kanan dan kirinya, kemudian memoleskannya langsung ke mulut Della dan Diana karena merasa kesal. Diana mungkin masih mampu bertahan, tapi Della yang sejatinya memang tak kuasa menahan rasa pedas, akhirnya mulai merasakan sensasinya.

Sebuah sensasi panas yang terasa setelah reseptor pengecap rasa pada sel-sel kulitnya bereaksi terhadap sambal ulek yang dioleskan oleh Ayana ke bibir Della, membuatnya merasa terbakar dalam komponen rasa pedas nan perih yang tak tertahankan. “Aah-aduduh?! Ay, pedes Ay!! Ay?!” erangnya panik karena kepedasan.

“Makan tuh 'ciee'!” kata Ayana cuek. Tampak ia kesal setelah Della dan Diana menggodanya dengan membawa-bawa nama Basel.

Merasa puas amarahnya terlampiaskan, Ayana pun langsung pergi meninggalkan kedua teman dekatnya tersebut dalam kepanikan rasa pedas yang luar binasa. Sempat Della memanggil-manggil nama Ayana, bermaksud untuk meminta bantuan. Namun, apalah daya. Ayana yang sudah terlanjur kesal, akhirnya tak menghiraukan panggilan Della dan tetap cuek pergi begitu saja.

Lihat selengkapnya