AIMER - Emergence of New Hero

Hazsef
Chapter #11

Mata Pengawas

[28 Agustus 2025] Kantin Perpustakaan Umum, Universitas Malren – 08:35 WIB

Beberapa hari telah berlalu sejak Basel menanam benih dari "spyware-virus R-BiT" pada perangkat ponsel milik Pak Hasan. Berawal dari satu orang, kini spyware-virus tersebut telah menyebar hingga ke 9 perangkat ponsel lainnya. Adapun 6 di antaranya, merupakan anggota dalam satuan petugas kepolisian, sedangkan 3 sisanya adalah kenalan dan keluarga Pak Hasan.

Rupanya, virus ini menyebar dengan cepat, lalu mengendap dan menjangkit seperti layaknya parasit yang menempel pada sebuah inang. Ketika perangkat yang terjangkit virus ini mengirimkan file apa pun ke perangkat lain, maka virus ini akan terlampir dan terinstalasi secara otomatis pada perangkat lain yang dituju, sehingga akan memunculkan lebih banyak "mata" bagi si "pengawas" atau si "pemantau", dalam hal ini, tentu saja adalah Basel.

Memiliki banyak "mata pengawas", tentu dapat menjadi opsi tambahan bagi Basel untuk memperoleh lebih banyak informasi, sekaligus melacak keberadaan para buronan yang terlibat dalam insiden memilukan yang turut menewaskan ayahnya, serta mengungkap kebenaran di balik kematiannya. Sebenarnya, Basel memiliki firasat akan satu "sosok" yang meresahkan tersebut, yakni sosok yang dulunya meloncat keluar dari jendela rumahnya pada waktu "Insiden Pisau Merah" terjadi, saat ia masih kecil.

Namun, karena keterbatasan informasi yang tersedia, hingga membuatnya tak punya pilihan lain selain mengejar satu per satu dari daftar nama para buronan yang dicari, dengan hanya berbekal ingatan dari wajah "sosok" yang dicurigainya.

Sementara menunggu hari di mana ia akan menemukan "sosok" yang misterius itu tiba, Basel berpikir untuk terus mencoba mengorek informasi secara diam-diam, sembari menikmati hari-harinya seperti biasa, agar tidak mendatangkan risiko kecurigaan apa pun yang mengarah padanya. Terbukti, dengan Basel yang kini sedang duduk santai menikmati secangkir kopi susu hangat, sambil mengoperasikan laptop hitam kesayangannya di halaman depan kantin perpustakaan umum Universitas Malren.

Di sana, terdapat deretan meja dan kursi berwarna kecokelatan, yang berdempetan dengan tembok paduan warna putih dan jingga cerah. Pada tiap sisinya, tersedia satu-dua colokan listrik, diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin mengisi daya perangkat elektronik pribadinya. Kebetulan, saat itu dosen pengampu mata kuliah yang sedang mengajar di kelasnya, mendadak ada urusan ke luar kota, sehingga Basel pun dapat menikmati waktu luangnya dengan tenang, karena jam perkuliahan berakhir lebih awal dari biasanya.

Seteguk demi seteguk kopi susu hangat telah Basel seduh, hingga tak terasa semuanya habis tak bersisa. Merasa kurang puas akan sensasi kenikmatan minuman tersebut, Basel pun bermaksud untuk memesan secangkir lagi guna mengurangi rasa bosannya. Namun di kala dirinya hendak beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba laptopnya menangkap sinyal gelombang frekuensi yang tak beraturan.

Ketika dicek, tampaknya sinyal tersebut berasal dari salah satu perangkat ponsel yang terjangkit "spyware-virus R-BiT" miliknya. Dan benar saja, ternyata itu adalah sinyal gelombang frekuensi audio yang dipancarkan oleh suatu alat telekomunikasi. Namun sinyal frekuensi tersebut tidak berasal dari ponsel, melainkan dari perangkat HT atau 'Handie Talkie' yang biasa dibawa oleh petugas kepolisian setempat.

Bermodalkan oleh rasa penasaran, Basel kemudian mencoba mencari tahu arti dari gelombang tersebut, dengan cara memindainya menggunakan software aplikasi khusus yang telah terinstalasi di laptopnya. Itu adalah jenis aplikasi yang sama seperti yang telah terinstal di ponselnya. Melalui aplikasi inilah, Basel dapat mengetahui kapan dan di mana, serta dari siapakah sinyal tersebut berasal.

Tak sampai satu menit lamanya, sinyal tersebut akhirnya berhasil terkonversi dalam bentuk visual, berupa gelombang naik turun yang berwarna kehijauan pada layar laptop Basel. Setelahnya, barulah diketahui bahwa ternyata sinyal tersebut berasal dari gelombang ponsel milik rekannya Pak Hasan.

Tak lama berselang, mulai terdengar suara bising-bising kecil seperti seseorang yang hendak ingin mengetes, apakah jaringan komunikasinya sudah saling terhubung dengan lawan bicaranya ataukah memang belum.

Menyadari bahwa apa yang ia dapatkan mungkin bersifat rahasia yang tidak ditujukan untuk publik, Basel pun dengan tanggap langsung mengganti alamat IP pada kode jaringan laptopnya, kemudian mengambil handsfree tipe wireless berwarna hitam favoritnya, lalu menghubungkannya dengan laptopnya. Tak lupa Basel meninggikan volume audionya, sehingga suara-suara bising tersebut dapat terdengar makin jelas.

Lihat selengkapnya