[17 November 2017] Aula Gedung E7, Universitas Malren – 09:32 WIB
Matahari membumbung tinggi dari ufuk timur, menyapa bentang semesta yang gelap menjadi secerah bintang kejora di malam yang sunyi. Menaungi beragam aktivitas harian yang mulai bermunculan, seperti berdagang, bersekolah, bekerja, dan lain sebagainya. Tak terkecuali dengan yang ada di kampus Universitas Malren.
Kala itu, acara workshop yang diberitahukan Pak Anva, diselenggarakan pada pagi hari, dikarenakan jadwal si narasumber yang membawakan tema pada acara itu, bentrok dengan acaranya yang lain di luar kota pada sore hari. Cukup banyak tamu yang menghadiri acara tersebut, termasuk Basel yang tampak antusias mendengarkan.
“Jadi, selain konsep yang unik dan perencanaan yang matang, adanya sebuah identitas juga sangat diperlukan dalam bidang usaha apa pun. Identitas di sini adalah segala sesuatu yang mampu merepresentasikan, ataupun mewakili satu-dua poin pokok yang menjadi ciri khas, kelebihan, atau keunikan dari bidang usaha yang sedang atau akan kita jalankan. Semakin sederhana, semakin baik," kata si pembicara menjeda penjelasannya, kemudian melanjutkan materinya.
"Hal tersebut dimaksudkan, agar para calon konsumen lebih mudah melihat, mengingat, dan membedakan antara produk dari usaha yang hendak kita tawarkan dibandingkan produk lain. Sebut saja ... logo." Ujar si pembicara menjelaskan dengan antusias, seraya menunjuk ke tembok putih yang ditembak cahaya proyektor.
"Logo ... sejatinya adalah sebuah lambang atau perwujudan yang ikonis, atau yang mewakili dari suatu objek tertentu. Menurut jenisnya, logo dapat dibedakan menjadi 2, yaitu logotype dan logogram. Logotype adalah jenis yang berupa tulisan, sedangkan logogram adalah logo yang berbentuk gambar,” terangnya melanjutkan.
“Maka dari itu, sebelum memulai usaha, ada baiknya kita merancang perencanaan dan konsep yang matang, lalu mulai menetapkan target usaha ke depan, di samping mempelajari minat pasar yang ingin dituju. Ketika semua poin-poin ini tercapai, barulah kita bisa memulai sesuatu, memikirkan esensi seperti apa yang sekiranya ingin dimunculkan pada usaha kita," terang si pembicara tersebut sambil menggeser tampilan slide pada materi yang ia presentasikan dengan menggunakan alat seperti pena berwarna perak khusus yang terbuat dari aluminium. Alat tersebut mampu memancarkan sinar seperti laser berwarna merah yang dapat berfungsi sebagai pengganti remote atau 'kendali jarak jauh'.
"Namun para hadirin sekalian, tentunya kita semua tahu bahwa tak ada hal yang 100% mutlak di dunia ini, kecuali esensi dan ketetapan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai manusia, mirisnya kita ditakdirkan untuk bisa mencapai kepastian hanya sampai pada 50%, sedang 50% sisanya adalah kuasa Tuhan,” ujar si pembicara memberikan sedikit nasihat, sebelum melanjutkan.
“Maka dari itu, mari kita upayakan 50% kesuksesan kita dengan usaha keras, dan mari kejar 50% sisanya dengan berdoa. Karena sebaik-baiknya perencanaan, semua itu tak ada artinya jika tidak dikerjakan. Dan sebaik-baiknya pekerjaan, semua itu tak ada hasilnya jika tak diiringi dengan doa. Mungkin, itu saja yang bisa saya sampaikan. Adakah yang ingin bertanya?” demikian si pembicara tersebut mengakhiri penjelasan materinya, lalu lanjut ke sesi tanya jawab dengan para hadirin yang mengikuti acara workshop pada kala itu.