[22 September 2025] Ruang Kelas, Universitas Malren – 13:29 WIB
Roda waktu mulai berjalan. Meninggalkan banyak serpihan peristiwa yang berjalan dengan ritme yang pelan, namun tetap terasa berlalu dengan cepat. Ya, banyak hal telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Memunculkan satu fenomena baru atas kasus penangkapan para buronan yang terkesan cukup janggal. Bagaimana mereka senantiasa berakhir tak sadarkan diri, bahkan sebelum satuan petugas keamanan sempat datang menghampiri.
Sementara itu, mulai muncul keanehan dalam diri Basel. Ia tampak jadi lebih riang dan bahagia, tak lagi bertindak ceroboh hingga menabrak dinding ataupun tidur di kelas seperti sebelumnya. Bahkan, ia malah tampak sangat rajin, hingga mulai memicu tanda tanya besar pada orang-orang di sekitarnya, termasuk Pak Anva.
“Umm … Bas?” sapa Pak Anva kepada Basel.
“Iya Pak?” tanya Basel sambil mengangkat kepalanya, lalu menyadari tatapan heran dari Pak Anva dan teman-teman sekelasnya. Bagaimana Basel yang biasanya sering kali tertidur di dalam kelas, kini tampak antusias mendengarkan setiap materi perkuliahan yang dibawakan Pak Anva. Merasa ada yang tidak beres, Pak Anva pun mencoba memastikan keadaan. Ia lalu mengambil inisiatif untuk mengajukan pertanyaan pada Basel. Barangkali ada yang salah, pikirnya.
“Mau diantar ke UKS?” tanya Pak Anva yang secara blak-blakan menyindir perubahan sikap Basel yang tak biasa.
“Ampun deh Pak, emangnya aneh kalau saya belajar?!” protes Basel yang merasa tersinggung atas sindiran Pak Anva. Tidak adil baginya, jika dikira sedang sakit dikala ia tampak bersemangat melakukan kegiatan normal seperti belajar, namun justru malah dicap sebagai "orang aneh". Seketika semua orang pun langsung tertawa kecil atas pembelaan Basel, hingga Pak Anva pun kembali angkat bicara mengenai sindirannya barusan.
“Ah, maaf! Kalau begitu, lanjutkan!” ucap Pak Anva dengan tulus, coba meluruskan hipotesis miring sebelumnya dan menyuruh Basel untuk tetap menjaga perilaku baiknya tersebut.
“Umm, i-iya Pak!” jawab Basel sekenanya, lalu kembali menatap buku tulisnya, dan mencatat semua poin-poin penting yang disampaikan Pak Anva di kelasnya. Sekitar 2 jam setelahnya, perkuliahan pun berakhir.
Tampaknya, hari ini ia cukup bersemangat hingga membuat semua orang merasa heran. Terlebih, alih-alih meninggalkan kelas untuk pulang, justru Basel malah berjalan menuju ke arah perpustakaan.
Sungguh keanehan yang tidak biasa bagi sebagian besar orang di sekitarnya. Namun, itulah yang sedang terjadi, hingga membuat Ayana penasaran. Ia lalu mengikuti Basel menuju ke perpustakaan, lalu memulai percakapan.
“Umm ... Bas?” sapa Ayana ramah.
“Hmm?” respons Basel datar tanpa melihat ke arah Ayana.
“Kalo aku perhatiin, akhir-akhir ini kamu kelihatan bahagia banget ya,” ucap Ayana penasaran terhadap perubahan pada diri Basel yang begitu tiba-tiba, membuatnya seolah jadi orang yang berbeda. Apakah karena wanita, ataukah hal lainnya? Pikiran-pikiran inilah yang menjadi modal keberanian Ayana untuk menemukan jawabannya.
“Emang!” jawab Basel membenarkan dengan mantap.
“Oh iya? Apa ada sesuatu yang menarik?” tanya Ayana menyelidik, alisnya sedikit naik.
“Oh, banyak!” jawab Basel singkat, sambil tersenyum senang.
“Beneran Bas? Kayak gimana tuh?” tanya Ayana makin antusias.
“Rahasia.” Balas Basel cuek.