[23 Juni 2023] Aula Sebuah Hotel, Kota Malren – 9:32 WIB
Suasana wisuda SMKN 01 di salah satu hotel mewah Kota Malren berlangsung meriah. Tepuk tangan, sorak-sorai, dan senyum lebar mewarnai ruangan. Namun di antara ratusan wajah bahagia itu, ada satu kursi kosong yang menjadi tanda tanya.
“Baiklah, sambutan terakhir akan dibawakan oleh siswa terbaik kita... Alphali Basel Darma! Silakan maju ke depan!” seru gadis pembawa acara penuh semangat.
Namun, tak ada respons. Tak ada yang berdiri. Hanya hening yang membingungkan.
“Sekali lagi, Alphali Basel Darma, kami persilakan,” ulang pembawa acara itu, matanya menyapu seisi aula.
“Umm… Mas Basel? Ada yang lihat?” tanyanya memastikan. Namun, tetap tak ada tanda-tanda apa pun dari Basel, hingga mulai memunculkan bisikan-bisikan di udara.
“Loh, bukannya tadi dia di sini?"
"Mungkin ke toilet.”
“Tapi wajahnya tadi kok panik ya?”
“Eh, masa?”
“Iya! Kayaknya tadi aku denger suara mesin motor deh! Apa itu dia?”
“Hmm, kira-kira kenapa ya?”
“Gak tau. Lagi kebelet kali?”
“Ahahaha....”
Bisikan itu mengalir begitu saja. Tiada yang tahu, bahwa di luar sana, alasan ketidakhadiran Basel, sama sekali bukanlah lelucon.
[23 Juni 2023] Beranda Rumah Sakit, Kota Malren – 9:45 WIB
Sementara itu, di halaman rumah sakit, di bawah pohon besar, Basel duduk membungkuk. Tangannya mencengkeram lutut, bahunya bergetar. Ia menangis tanpa suara, menahan kesedihan atas takdir memilukan yang kini dialaminya.
Tak lama, langkah tergesa terdengar di belakangnya. Paman Banin datang, menepuk bahu keponakannya dan bermaksud menghiburnya. Namun, tatapan suram Basel yang seolah berkata, “tinggalkan aku sendiri!” tiba-tiba membuat Paman Banin membisu.
Sementara Bibi Lara yang berdiri agak jauh, lalu menghampiri seorang dokter yang sedang melintas. Namanya “Zandra”, tertulis di nametag-nya.