Pak Anva hendak pergi untuk mengumpulkan bahan-bahan yang tertera dalam daftar yang diberikan Basel. Sementara Bu Rina, datang tak lama setelahnya, usai mendengar kabar dari Shinta bahwa Ayana tiba-tiba jatuh sakit.
“Pak Anva! Pak! Katanya Shinta, tadi Ayana pingsan ya? Apa itu benar?” jawab Bu Rina berlarian panik sambil memanggil nama Pak Anva dari kejauhan. Sementara Shinta, selaku orang yang memanggil, malah tertinggal jauh di belakang dengan napas yang agak terengah.
“Ya, sepertinya dia kena demam. Oh iya, bisa minta tolong supaya ibu carikan semua bahan di daftar ini?” ujar Pak Anva tampak serius, lalu meminta bantuan Bu Rina untuk membantunya mencari daftar bahan pada secarik kertas yang diberikan Basel.
“Hmm? Oh? Ya, tentu! Kebetulan saya ada semua bahan ini. Tunggu sebentar ya, Pak, akan saya ambilkan!” angguk Bu Rina menyanggupi, lalu segera berlari menuju tenda khusus untuk menyimpan barang-barang elektronik dan logistik.
Kurang dari 10 menit, Bu Rina pun kembali dengan membawa sekantung plastik hitam, lalu menyerahkannya pada Pak Anva.
“Ini... seperti yang Bapak minta. Tapi sayang, telurnya gak ada,” ujar Bu Rina sedikit kecewa, namun masih patut untuk disyukuri.
“Oh iya, gapapa! Terima kasih atas bantuannya!" ucap Pak Anva maklum, lalu menoleh ke arah Basel, selaku orang yang memintanya mencarikan bahan-bahan yang akan diracik menjadi sebuah obat.
"Terus mau kamu apakan bahan-bahan ini Bas?” tanyanya lebih lanjut.
“Rencananya saya mau bikin ramuan tradisional, Pak. Boleh saya lihat dulu bahannya?” pinta Basel dengan sopan.
"Oh iya, silakan!" angguk Pak Anva singkat, sembari menyerahkan bahan-bahan yang telah terkumpul dalam kantong plastik hitam tersebut.
“Coba kita lihat! Di sini ada bawang merah, kunyit, jeruk nipis, sereh, temulawak dan jahe. Karena gak ada telur atau minyak kelapa, berarti bawang merah dan satu resep lainnya gak bisa dipakai. Jadi sisanya tinggal....” Batin Basel berpikir keras, mencoba memikirkan solusi terbaik berdasarkan bahan-bahan yang tersedia.
Setelah menimbang-nimbang berbagai kemungkinan, akhirnya Basel pun mengangguk kecil, seolah telah membuat keputusan, hingga membuat Pak Anva pun merasa gatal untuk segera mengulik informasi.
“Gimana Bas? Sudah kamu putuskan belum, ini mau dipake buat apa?” tanya Pak Anva penasaran.
“Sudah, Pak! Tapi saya butuh air panas buat mengekstrak saripatinya nanti. Jadi... An! Air panasnya di teko itu masih sisa gak?” ucap Basel santai, lalu beralih menanyakan kebutuhannya yang lain.
“Ada sih! Tapi udah agak dingin. Yang kamu kasih juga. Ntar aku bikinin lagi deh!” jawab Diana sambil memeriksa teko kecil yang sebelumnya digunakan untuk merebus air.