AIMER - The Night Watcher

Hazsef
Chapter #43

Hangatnya Pagi Yang Dingin

[18 November 2025] Ranu Kumba – 19:32 WIB

Senja yang bersahaja, perlahan berganti dengan malam yang dingin. Beberapa api unggun kini mulai bermunculan, untuk memberikan kehangatan pada siapa pun di dekatnya. Bagi mereka yang berencana meluangkan waktunya di tempat itu, mungkin akan menjadi kenangan tersendiri yang tak terlupakan. Namun bagi mereka yang mengalami musibah tak terduga, seperti Ayana yang sedang demam tinggi, hal ini jelas sangat tak menguntungkan untuknya.

Kendati demikian, bukan berarti segalanya akan berubah menjadi buruk. Dalam keadaan lemah dan tak berdaya, masih ada orang baik yang rela meluangkan waktunya untuk merawat Ayana yang sedang sakit. Dari mulai membalutkan selimut hangat, hingga meminumkan obat yang diraciknya sendiri beberapa waktu lalu. Dialah Basel, yang hingga kini masih setia mendampingi Ayana, setidaknya sampai keadaannya jadi lebih baik.

Dinginnya angin yang menaungi kawasan Ranu Kumba, menyelimuti tiap insan-insan yang bermalam di sana. Bahkan saking dinginnya, bagi orang sehat saja, lapisan jaket tebal yang dikenakan jadi seolah tak berarti, apalagi bagi mereka yang sakit seperti Ayana. Tentunya, ia cukup menderita, menahan sensasi demam tinggi yang tak nyaman, ditambah menggigil hebat karena dinginnya malam yang tak kenal ampun. Sesekali Ayana memelas memanggil nama Basel, hingga akhirnya memunculkan rasa iba padanya.

“Semenjak kepergian orang tuaku, paman dan bibilah yang selalu merawat dan menjagaku, di kala raga ini sedang sakit. Dan sekarang, aku duduk di sini, melakukan hal yang sama pada temanku yang sedang sakit. Wajahnya yang pucat dan tampak menderita itu ... apakah dulu aku juga terlihat menyedihkan seperti itu?

Mungkin ini sedikit terlambat, atau mungkin... sangat terlambat. Tapi, kalian berdua... terima kasih! Karena mau peduli pada keponakanmu yang menyedihkan ini, hingga ia bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna seperti sekarang. Sekali lagi, terima kasih!” demikian renungan mendalam dalam benak Basel.

Sama seperti yang dilakukan paman dan bibinya, Basel pun berjanji akan memberikan perhatian yang sama pada Ayana yang sedang sakit, setidaknya sampai keadaannya membaik. Pada malam itu, berbekal beberapa cangkir kopi hitam dan aneka camilan yang disediakan untuknya, Basel sengaja terjaga sepanjang malam, hingga tak terasa, fajar mulai datang.


[19 November 2025] Ranu Kumba - 5:58 WIB

Cahaya keemasan yang bersinar terang, membawa kehangatan bagi setiap insan dalam nuansa pagi yang dingin. Membawa harapan dan semangat baru untuk jiwa-jiwa yang segar, tak terkecuali Ayana.

Setelah melewati masa tidurnya yang nyenyak, perlahan Ayana membuka matanya yang sayu, memulihkan kesadarannya secara bertahap. Sendiri di dalam tenda, dengan tubuh yang berselimut tebal, Ayana merasa linglung sejenak, sambil sesekali memanggil nama Basel. Namun, tak ada siapa pun di sana, hingga membuatnya mulai panik.

“Bas... Bas?” panggil Ayana agak memelas. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, namun hanya itulah nama yang pertama kali, sekaligus satu-satunya yang keluar dari mulutnya. Barulah nama-nama lain muncul setelahnya.

“Della... An- eh, Bas?” panggil lirih Ayana, mencari sahabatnya yang lain, namun tiba-tiba berhenti setelah menyadari ada Basel di depan tendanya. Ia sedang duduk asyik menyiapkan sesuatu yang hangat dalam sebuah gelas plastik putih.

“Eh, Aya? Baru bangun ya. Gimana, udah baikan?” tanya Basel dengan ramah, antusias menyambut kedatangan Ayana.

“I-iya, ini udah mendingan kok!” angguk Ayana santai sambil tersenyum tipis, pipinya sedikit merona. Melihat kondisi Ayana yang demikian, Basel pun senang, lalu menawarkan minuman hangat yang telah ia siapkan untuk diminum bersama Ayana.

Lihat selengkapnya