AIMER - The Night Watcher

Hazsef
Chapter #48

Skandal

Berita menghebohkan yang disiarkan di TV, membuat Ayana terkejut. Sontak, ia pun teringat penggalan kalimat Basel sewaktu berbincang-bincang dengan Pak Anva di tepian danau Desa Ranu Pina pada sore itu.

“Dari dulu, saya selalu berpikir ... semenjak kepergian ibu, rasanya seperti semangat dalam diri ini mulai memudar. Terus selepas kepergian ayah, seolah seluruh kebahagiaan di dunia telah sirna. Karenanya, saya sering mimpi buruk tiap kali terlelap.

Tak sedetik pun saya lupa, bagaimana maut menjemput mereka, tepat di depan mata. Setiap hari, selalu terasa memuakkan, seolah ada lubang tak terlihat di dada saya. Sesaat, saya berpikir, kalau mati itu rasanya lebih baik." Demikian sepenggal memori itu, terlintas di benak Ayana.

“Bas ... inikah kehidupan yang kamu maksud waktu itu?” batin Ayana tampak serius, wajahnya penuh ketegangan dan sedikit prihatin, hingga menarik perhatian seorang gadis di sebelahnya.

“Aya?” panggil Della yang tiba-tiba membuyarkan lamunan Ayana.

“Eh?!” jawab Ayana masih tampak linglung.

“Kamu nggak papa?” tanya Della memastikan, karena untuk sesaat, wajah sahabatnya itu tampak syok, usai melihat saran berita di televisi.

“A-ah iya, nggak papa kok! Kita cari Basel, yuk!” jawab Ayana sekenanya, kekhawatiran tampak jelas di wajahnya.

“Ya udah, yuk!” angguk Della tanpa pikir panjang, lalu mulai bergegas melakukan pencarian.

Sementara itu, orang yang mereka cari, yakni Basel, kini sedang berjalan di tengah kerumunan orang-orang. Kepalanya yang tertutup hoodie, agak menunduk, mulutnya tertutup rapat, tanpa suara, tanpa berkedip, hanya menatap kosong dan tajam ke depan. Seiring dengan pembacaan berita yang disiarkan di televisi, Basel pun mulai membatin menyebut-nyebut nama seseorang.

Hauzan ...

(“Kalau begitu, kita langsung saja bacakan berita utama kali ini!”)

Hauzan ...

(“Karena keteledoran pihak keamanan terkait sehingga berakibat tewasnya salah satu tahanan bernama Anza Arman Chinmay.”)

Hauzan ...

Lihat selengkapnya