AIMER - The Night Watcher

Hazsef
Chapter #64

Janji-janjian

[5 Januari 2026] Universitas – 06:55 WIB

Sang mentari merah telah terbit, menebar salam kehangatannya ke separuh bagian dunia, membuka lembaran baru untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun, bagi kedua insan yang bernama Ayana dan Basel, hari ini tentu terasa berbeda. Sebuah hari terbaik dalam hidup mereka, seolah baru saja terlahir kembali ke dunia yang penuh harapan.

“Bas ... Basel cayang ...?” sapa Ayana dengan nada lembut nan menggoda, tubuhnya sedikit merunduk ke arah Basel yang sedang duduk di bangku taman kampus, mencoba mencuri perhatiannya.

“Hmm? Kayaknya tadi ada yang ngomong deh, tapi siapa ya?” jawab Basel cuek, matanya pura-pura melirik ke sekeliling, menghindari tatapan Ayana.

“Ooh, gitu ya ....” Balas Ayana dengan nada datar, namun tatapan matanya menyeringai agak seram, sedangkan tangannya sudah bersiap. Mengambil ancang-ancang untuk melakukan sesuatu.

“Ouch?! Eh, ampun Ay, ampun ampun!!” keluh Basel, meminta pengampunan setelah Ayana merangkul lehernya dengan siku bagian dalam cukup erat. Membuatnya sedikit tercekik.

“Eh? Kayaknya tadi ada yang ngomong deh, tapi siapa ya?” balas Ayana kembali mengulang ucapan kekasihnya, menggodanya dengan senyum kemenangan.

“Iya, iya aku ngerti, lain kali nggak lagi deh!” Basel menyerah, mengusap-usap lehernya yang tercekik.

“Hehe, nah gitu dong! Itu baru pacar aku!” puji Ayana terkikik senang, sembari menarik kembali tangannya di leher Basel.

“Ampun dah, mending aku hadepin penjahat daripada hadepin nih orang,” keluh Basel dalam hati.

“Ya udah Bas, yuk masuk ke kelas sekarang! Ntar telat lagi,” ajak Ayana, berdiri dan mengulurkan tangan.

“Ya udah yuk!” Basel menggenggam tangan Ayana, bangkit dari bangku, dan melangkah beriringan.


[5 Januari 2026] Ruang Kelas – 07:05 WIB

Kelas perkuliahan pertama di tahun ini pun akhirnya dimulai. Berbeda dari sebelumnya, Ayana dan Basel kini duduk tepat bersebelahan, berbagi meja dan perhatian pada dosen di depan.

“Oh iya Bas, abis ini kamu ada acara nggak?” bisik Ayana di sela-sela pelajaran seraya menarik pelan lengan baju kekasihnya.

“Nggak tuh Ay, emang kenapa?” balas Basel pelan, menoleh sebentar, lalu kembali fokus ke papan tulis.

“Jadi gini ... ini Bunda mau nyoba praktekin resep baru buat bikin kue. Tapi berhubung dianya lagi sibuk, jadinya Bunda nitip ke aku buat beli bahan-bahannya," ujar Ayana mulai bercerita.

"Oke, terus?" tanya Basel masih mencoba memahami.

"Temenin aku belanja ya, Bas! Kalo udah jadi, ntar kamu kami undang buat icip-icip di rumah aku. Yah, mau yah?” pinta Ayana memelas, matanya berbinar penuh harap, sedangkan tangannya kembali menarik-narik lengan baju kekasihnya.

“Ya udah, ntar aja ya pas pulang kuliah,” angguk Basel sambil tersenyum tipis.

“Yes! Maacih, Bas!” Ayana berseru manja, lalu langsung memeluk lengan Basel erat, nyaris tak terdengar.

“Masama Aya,” balas Basel sekenanya, lalu kembali menatap fokus ke depan kelas. Sedangkan Ayana, serasa ingin bersandar di bahu Basel, namun kepalanya ditahan oleh tangan Basel yang menyiratkan untuk menahan diri sambil melirik ke arah dosen. Ayana pun mengangguk cemberut, namun kemudian tersenyum malu-malu.

Basel pun membalas pengertian kekasihnya dengan senyuman puas, namun saat ia hendak menarik kembali lengannya untuk diletakkan di atas meja, tiba-tiba Ayana menggenggam erat tangan Basel dengan manja.

Meskipun sekilas Ayana memperhatikan materi perkuliahan dengan fokus, namun tangan kirinya yang seolah tak ingin berpisah dari tangan kanan kekasihnya, dengan gamblang memberitahukan isi pikirannya. Basel terdiam, berpikir sejenak, lalu tersenyum, membiarkan momen itu berlangsung hingga jam perkuliahan selesai.


[5 Januari 2026] Universitas – 09:36 WIB

Lalu setelah kelas berakhir, kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar besar. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba sepupu perempuanku datang entah darimana, dengan pakaian ala wanita belanda yang membawa kipas lipat dan payung merah muda. Ternyata, ia juga ingin mengajakku keluar untuk berbelanja bahan memasak, demi pesta kecil perayaan kesembuhanku. Meskipun, tentu itu sudah sangat terlambat.

Lihat selengkapnya