AIMER - The Night Watcher

Hazsef
Chapter #65

Pengejaran Ganda

Usai perdebatan kecil itu, Ayana, Basel dan Sharmila, akhirnya sepakat untuk pergi belanja bersama ke pasar besar. Namun, di tempat lain, ketegangan sedang memuncak. Para polisi tampak sibuk melakukan pengejaran sengit terhadap seorang pria yang diduga sebagai salah satu buronan berbahaya.

Dipimpin oleh Kapten Dandy yang sigap, setelah pengejaran dramatis selama hampir satu jam melalui jalanan kota, polisi akhirnya berhasil meringkus buronan yang berusaha kabur itu di sebuah gang sempit. Detektif Aftar, yang kebetulan ikut dalam operasi pagi itu, segera mengambil kesempatan untuk mengorek informasi vital.

“Jadi, darimana saja kamu? Mana yang lain?!” seru Aftar, suaranya menggelegar, mencengkeram kerah baju buronan itu hingga napasnya sedikit tercekat.

“Aduh! A-ampun Pak! S-saya gak tahu apa-apa!” rintih buronan itu, wajahnya pucat pasi, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Aftar.

“Jangan bohong! Katakan semua yang kamu ketahui, atau akan kami gandakan masa kurunganmu menjadi dua kali lipat!” ancam Aftar, matanya menajam seperti elang yang siap menerkam.

“A-ampun Pak! Saya memang gak tahu apa-apa. Tapi sebelumnya, saya sempat mendengar, kalau ada beberapa orang yang ingin melakukan transaksi di sebuah gedung tua dekat pantai selatan,” lantas buronan itu tergagap, matanya melirik gelisah ke sekeliling.

“Apa? Transaksi apa itu?” desak Detektif Aftar seraya sedikit menyondongkan tubuhnya ke depan.

“S-saya tidak tahu! Saya tadi cuma dengar itu sekilas, habis itu langsung kabur!” buronan itu menggeleng cepat, seolah ingin menghapus ingatan.

“Oke, di mana kamu terakhir kali dengar percakapan itu?” tanya kembali Detektif Aftar, nadanya sedikit melunak namun tetap menuntut, tak ingin kehilangan detail sekecil apa pun.

“D-di pasar besar, Pak! Yang dekat pusat kota,” jawab buronan itu sedikit mencerahkan.

Mendengar hal ini, Detektif Aftar pun menyeringai puas, lalu menepuk-nepuk pelan pipi buronan itu seraya berkata, “kerja bagus!” pujinya, namun si buronan itu justru bergidik ngeri.

Setelahnya, Detektif Aftar langsung berbalik badan dan memberikan arahannya pada Kapten Dandy dan personel lainnya. "Kalian, bawa dia! Kita ke pasar besar sekarang!" serunya tegas sembari menunjuk ke arah buronan itu.

"Siap, Pak!" angguk Kapten Dandy dan petugas lainnya dengan sigap.

“Kalian dengar itu? Semuanya, kita ke pasar besar sekarang!” seru Kapten Dandy lantang, memerintahkan seluruh anak buahnya untuk segera bergerak cepat. Mereka lalu mulai memborgol buronan itu dan menggiringnya masuk ke mobil tahanan, lalu segera memacu kendaraan mereka menuju ke pasar besar.


[5 Januari 2026] Pasar Besar – 10:32 WIB

Para petugas kepolisian yang dipimpin oleh Kapten Dandy, akhirnya dalam perjalanan menuju ke pasar besar. Tiap detiknya tentu sangat berharga, mengingat pasar besar adalah tempat yang luas, dan butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa menyusuri semuanya.

Kebetulan, tanpa mereka sadari, tempat itu juga didatangi oleh Ayana, Basel, dan Sharmila, yang meskipun memiliki tujuan yang sama, namun dengan kepentingan yang berbeda-beda.

“Aduh, si Basel ke mana, ya? Kok enggak balik-balik?” kata Ayana mengeluh, matanya tak henti menyapu keramaian pasar, menunjukkan kegelisahannya.

“Ya ampun, Ayana! Kamu yang tenang dikit napa? Yang jualan bahan makan di sini kan nggak cuma satu, ntar juga Basel balik,” kata Sharmila, mencoba menenangkan Ayana sambil mengibaskan kipasnya perlahan, namun ada nada khawatir terselip di suaranya.

“Ya nggak gitu, Mbak! Aku cuma takut kalau nanti dianya kenapa-napa. Basel kan barusan keluar dari Rumah Sakit,” ujar Ayana menerangkan kekhawatirannya, jemarinya meremas tas belanjaannya.

“Iya juga ya, Basel itu kan orangnya licik banget! Bisa aja dia udah nipu kita, terus pu—” Sharmila menggantung kalimatnya, berpikir keras, ekspresinya berubah serius.

“Pu?” tanya Ayana, bingung dengan kata terakhir di kalimat Sharmila, menatap sepupu kekasihnya itu dengan alis berkerut.

“Haduh~gimana ini? Kalau dia main pergi aja terus ngilang, bisa-bisa aku kena marah lagi sama Mama. Haduuh ...?!” keluh Sharmila yang mulai ikutan panik karenanya (Basel), tangannya menepuk kening berulang kali.

“Ya udah, Mbak! Mending sekarang kita cariin si Basel, yuk!” ajak Ayana yang kali ini justru berbalik menghibur Sharmila. Semangatnya sedikit pulih, tak ingin berdiam diri lebih lama.

“Ya udah, yuk!” angguk Sharmila setuju, lalu mulai melangkah cepat dan menyusuri lorong-lorong pasar.

Lihat selengkapnya