[26 November 2025] Kantor Kepolisian Setempat - 19:25 WIB
Suasana di kantor polisi masih dipenuhi gema berita tentang insiden ledakan. Seperti biasa, di ruang kerja Inspektur Ebert, Kapten Dandy akhirnya datang dan menyerahkan laporan baru.
“Ini dia alamat Rumah Sakit beserta data pasien yang Anda minta, Pak!” lapor Kapten Dandy seraya menyerahkan selembar dokumen yang dibungkus map kertas berwarna coklat.
“Bagus! Kalau begitu, saya akan mampir ke sana besok!” balas Detektif Aftar antusias, hingga memunculkan tanda tanya di benak seseorang.
“Loh? Tumben Anda bersemangat sekali, Detektif? Apakah ulah Hauzan ini telah membuat Anda tergerak untuk terjun langsung ke lapangan?” tanya Inspektur Ebert penasaran.
“Ada yang mengganjal pikiran saya, dan saya ingin pergi untuk memastikan sesuatu,” jawab Detektif Aftar dengan nada misterius.
“Memastikan sesuatu?” ulang Inspektur Ebert keheranan.
“Akan saya kabari begitu saya menemukan jawabannya. Kalau begitu, saya permisi dulu. Selamat sore, Inspektur!” pamit Detektif Aftar tampak tak sabar.
“Selamat sore, Detektif! Semoga berhasil!” balas Inspektur Ebert seraya menatap sosok Detektif Aftar yang berjalan keluar dari ruangannya.
[26 November 2025] Rumah Sakit Umum - 19:30 WIB
Usai kedatangan Paman Banin dan Bibi Lara, suasana di kamar inap Basel mendadak ramai. Perbincangan hangat antara mereka dan para gadis tak terelakkan.
“Jadi, apa kalian yang mengantar keponakan saya sampai ke tempat ini?” tanya Bibi Lara basa-basi.
“Oh, bukan kami, Te! Tapi temen saya yang satu ini,” tunjuk Della ke arah Ayana yang tampak segan dan malu-malu.
“Oh, jadi kamu ya ....” Celetuk Bibi Lara.
Paman Banin pun terkejut, lalu merespons “lah? Kamu kenal dia?” matanya membulat.
“Dia orang pertama yang tak liat di sini. Ah, sebentar! Kalau tidak salah namanya ...." Ucap Bibi Lara berusaha menebak, sambil mengingat-ingat sesuatu.
"Ayana, Te. Saya Ayana," sambung Ayana lirih, memanggil Bibi Lara dengan sebutan "Te", dari kata "tante".
"Ah, iya! Ayana. Saya pernah denger soal kamu dari Bi Inah," sebut Bibi Lara akhirnya yakin.
“I-iya, Te. Dulu saya pernah diajak Basel main ke apotek,” angguk Ayana pelan.
“Ah, ternyata bener! Bi Inah bilang, kalian cukup mesra. Apa mungkin ... kamu pacarnya?” tanya Bibi Lara tanpa basa-basi, langsung ke intinya.
“Eh? A-ah, nggak, saya bukan pacarnya kok, Te! Hubungan kami masih belum sampek ke situ!” Jawab Ayana kaget dan sedikit gugup.